Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
AHLI Gizi Masyarakat lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tan Shot Yen memaparkan segudang manfaat telur sebagai sumber protein hewani yang serbaguna untuk memenuhi kebutuhan gizi buah hati, khususnya saat diolah menjadi Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Salah satunya ialah fakta bahwa telur sebagai sumber protein hewani memiliki kandungan asam amino yang lengkap sama seperti sumber protein hewani lainnya.
"Protein ini disusun oleh asam amino, kala asam aminonya tidak lengkap maka itu kurang baik untuk mendukung tumbuh dan kembang anak," kata Tan Shot Yen, dikutip Jumat (19/4).
Baca juga : Agar Anak tidak Bosan, Kimberly Ryder Kenalkan Variasi makanan
Ia pun membedah kandungan-kandungan penting dari telur untuk pertumbuhan anak yang sedang menjalani MPASI.
Mengambil contoh untuk 100 gram sajian protein hewani dari telur ayam atau sekitar dua butir, ia menyebut di dalam dua telur itu mengandung lemak sebesar 10,8 gram, kalsium sebesar 86 miligram, fosfor sebanyak 258 miligram, zat besi 3 miligram, lutein, zeaxanthin, dan beragam vitamin seperti vitamin A, vitamin E, hingga vitamin B4 (kolin).
Untuk lemak, menurut Tan, hal itu diperlukan dalam tumbuh kembang si kecil karena, bagi anak-anak yang tengah menjalani MPASI, lemak justru menjadi sumber energi untuk menyalurkan banyak gizi di dalam tubuhnya.
Baca juga : Atasi Stunting, Sumatra Barat Bagi-Bagi Sembako dan Telur
Lalu kehadiran zat besi di dalam telur juga penting bagi si kecil untuk membentuk daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Membahas kandungan kalsium dan fosfor dalam telur, keduanya dijelaskan Tan sebagai bahan untuk membangun otot dan tulang yang kuat sehingga nantinya anak bisa memiliki pertumbuhan fisik yang memadai.
Lebih lanjut, ia juga membahas mengenai vitamin B4 atau Kolin yang juga dikenal sebagai kandungan penting untuk mendukung fungsi otak, mendukung kecerdasan anak, dan juga kesehatan hatinya.
Baca juga : Cara Menyiasati Kebutuhan Nutrisi saat Susu tidak Terjangkau
Selain dari sisi gizi, Tan kemudian mengatakan telur bisa bermanfaat bagi ibu yang tengah menyiapkan MPASI karena di Indonesia ada beragam jenis telur mulai dari telur ayam telur bebek, hingga telur puyuh yang bisa dieksplorasi sebagai sumber pangan.
Tidak hanya itu, telur dinilainya sebagai penyelamat di kala anak-anak yang menjalani MPASI sedang dalam fase pertumbuhan gigi atau pun Gerakan Tutup Mulut (GTM).
Hal itu karena telur bisa diolah menjadi banyak tekstur dan bentuk mulai dari bentuk yang padat hingga cair sehingga bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan fase pertumbuhan dan kembang anak.
"Telur itu penyelamat saat musim lepeh, lepeh. Karena bisa diolah menjadi sup atau teksturnya dibentuk jadi panjang-panjang seperti untuk telur nasi kuning," pungkasnya. (Ant/Z-1)
Peran dominan ibu penting diterapkan terutama bagi anak yang diasuh dalam lingkup keluarga lebih besar melibatkan nenek, kakek, atau pengasuh lainnya.
Orangtua yang ingin menggunakan kaldu-kaldu tersebut di MPASI tetap bisa dilakukan, namun harus mengikuti batas penggunaan yang sesuai dengan usia anak.
Mitos seputar pemberian MPASI itu mulai dari pemberian madu untuk anak yang baru lahir, hingga larangan pemberian MPASI bertekstur hingga anak tumbuh gigi.
Kaldu instan, terutama yang berbentuk bubuk, praktis digunakan untuk MPASI, cukup ditaburkan sebelum disajikan. Contoh yang sering ditemui adalah kaldu ayam berlabel “organik”.
orangtua boleh menggunakan kaldu instan dalam MPASI. Tetapi ia menekankan pentingya batas penggunaan yang disesuaikan dengan umur anak.
Posyandu bersama tenaga kesehatan di garis depan memegang peran krusial dalam memberikan edukasi Makanan Pendamping ASI
OCHA mencatat 11.877 balita di Gaza mengalami gizi buruk akut.
Fosil di Gran Dolina ungkap balita Homo antecessor dipenggal dan dimakan 850.000 tahun lalu, bukti kanibalisme tertua di Eropa.
Aksi kekerasan yang dilakukan di rumah pelaku, dan direkam sendiri menggunakan ponsel, lalu disebarkan sebagai bentuk intimidasi kepada istrinya yang tengah menggugat cerai.
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Antara 25%–50% anak mengalami masalah tidur saat masa tumbuh kembang, yang dapat berdampak signifikan terhadap fungsi kognitif, perilaku, dan kesehatan fisik maupun mental.
Data juga menunjukkan 1,4 juta perempuan hamil dan menyusui mengalami malnutrisi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved