Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
IDUL Fitri perlu dijadikan momentum strategis untuk aktualisasi rasa syukur ke dalam program dan aksi nyata. Syukur transformatif memerlukan pijakan kuat untuk melangkah, yakni kesatuan dan persatuan bangsa yang kokoh.
Hal tersebut disampaikan Rais PBNU Prof Dr KH Abd A’la Basyir saat menjadi khatib salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (10/4). Tema yang diangkat dalam khotbah tersebut adalah Memperkuat Kebersamaan dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
Dalam kondisi keterpecahbelahan, kata A’la Basyir, sulit melakukan apa pun yang bermakna. Dalam suasana yang penuh dengan saling bermusuhan, Indonesia tentu sulit menghasilkan karya besar untuk masyarakat dan bangsa, apalagi untuk kehidupan secara keseluruhan.
Baca juga : Idul Fitri Jadi Momentum untuk Kembali Merawat Persatuan
“Sebab keterpecahbelahan identik dengan kelemahan. Sebab permusuhan identik dengan jurang kehancuran. Dalam perspektif Islam, persatuan merupakan ajaran fundamental yang harus menjadi pegangan umat Islam dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, berpecah-belah merupakan hal yang harus dihindari kapan pun dan di mana pun,” paparnya
Dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 103, Allah berfirman, “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali Allah, dan jangan kamu bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dulu zaman jahiliyah kamu bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu.”
Dalam tafsir Ath-Thabari, kata A’la Basyir, tali Allah mempunyai beberapa penafsiran. Ada ulama yang menafsirkan agama Allah, dengan arti umat Islam niscaya berpegang teguh kepada agama Allah. Ulama lain mengartikan berkelompok, artinya umat Islam harus berpegang teguh dengan berkelompok.
Baca juga : Menag Sebut Idul Fitri Momen Perkokoh Persatuan Usai Kontestasi Pemilu
“Ada yang mengartikan juga terma itu merujuk kepada Al-Quran dengan maksud umat Islam hendaknya berpegang teguh kepada Al-Quran,” paparnya.
Terlepas dari perbedaan penafsiran terma tali Allah itu, lanjutnya, semua penafsiran itu mengandung arti keniscayaan umat Islam untuk bersatu dan berpegang teguh dengan nilai-nilai etik moralitas luhur dan sejenisnya.
A’la Basyir menyampaikan, subjek hukum perintah dalam Al-Quran ini adalah umat Islam. Namun, hal itu bukan berarti orang-orang di luar Islam tidak dikenakan keharusan menegakkan persatuan dan kesatuan. Terutama dalam konteks sebagai bangsa.
Baca juga : Gibran Salat Ied di Balai Kota Surakarta
A’la Basyir mencontohkan, Piagam Madinah sebagai konstitusi negara-kota Madinah yang disusun oleh Rasulullah SAW memperlihatkan dengan nyata tentang kewajiban warga negara Madinah untuk menegakkan kesatuan dan persatuan.
Dalam salah satu pasal di konstitusi Madinah disebutkan, “Kaum non-muslim dari Bani 'Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum non-muslim agama mereka, dan kaum muslimin agama mereka. Juga kebebasan ini berlaku bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan dan jahat. Hal itu hanya akan merusak diri dan keluarga mereka.”
“Pasal tersebut menjelaskan bahwa umat Islam dan umat dari agama lain merupakan satu bangsa dalam negara kota Madinah,” kata A’la Basyir.
Baca juga : Uskup Agung Semarang Ucapkan Selamat Idul Fitri di Masjid Agung Jawa Tengah
Dalam pasal lain disebutkan, “Umat muslim dan non-muslim harus saling tolong-menolong terutama dalam menghadapi serangan musuh warga kota Madinah.”
Dari konstitusi Kota Madinah, jelasnya, unsur bangsa yang beragam baik dari suku, agama, dan lainnya tetap merupakan satu bangsa yang harus mengedepankan persatuan dan keharusan saling membantu satu dan lainnnya.
“Berdasarkan hal itu, tidak ada hal lain bagi kita umat Islam dan unsur-unsur lain bangsa Indonesia selain meneguhkan kesatuan dan persatuan,” kata A’la Basyir.(H-2)
Bupati Sergai H. Darma Wijaya menyampaikan bahwa Idulfitri merupakan kesempatan yang tepat untuk merefleksikan diri serta mempererat silaturahmi.
Gus Ipul pun berpesan kepada para penerima manfaat agar tidak putus asa dan tetap percaya pada pertolongan Allah SWT. Salah satunya, yakni bantuan yang diberikan melalui Kemensos.
Meski Masjid Agung Raja Hamidah telah disiapkan panitia sebagai lokasi alternatif, hujan yang datang tiba-tiba membuat sebagian besar jamaah kehujanan.
PRESIDEN Jokowi dijadwalkan akan menunaikan ibadah salat Idul Adha di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang Senin (17/6).
Hukum salat Idul Adha yaitu sunah muakkadah (sangat dianjurkan) bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, merdeka maupun hamba sahaya, dewasa maupun anak-anak.
Kisah ini berawal dari Nabi Ismail diminta untuk menyembelih anaknya, Nabi Ibrahim. Saat itu Allah SWT memberi perintah Nabi Ibrahim melalui mimpinya.
Nahdlatul Ulama dan Australia memiliki kemitraan jangka panjang dan sejarah kerja sama untuk mendukung pembangunan Indonesia di tingkat komunitas.
Dalam kalender yang digunakan umat islam, ada bulan tertentu yang dimaknai lebih mulia. Selain Ramadan dan Rajab, Muharram juga menjadi bulan yang dirayakan umat Islam dengan suka cita.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menguatkan kolaborasi dengan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) untuk bersama-sama mengatasi masalah bangsa yang terjadi.
Sheikh Muhammad bin Abdul Karim al-Issa mengungkapkan pujiannya kepada Nahdlatul Ulama (NU), atas peran dan kiprahnya di bidang kemanusiaan dan dunia internasional.
Dalam kegiatan ini, ratusan kader Muslimat NU dari berbagai daerah hadir mengikuti pembelajaran dan pemetaan potensi diri melalui metode Talent DNA yang dikembangkan oleh Founder ESQ
TUJUH puluh tahun telah berlalu sejak Konferensi Asia-Afrika di Bandung mempertemukan para pemimpin dari negara-negara baru merdeka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved