Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Apa Itu Catcalling? Yuk Cari Tahu Cara Menghadapinya

Lutfi Sheykal
20/12/2023 18:53
Apa Itu Catcalling? Yuk Cari Tahu Cara Menghadapinya
Pengertian Catcalling(Freepik)

CATCALLING merupakan bentuk pelecehan seksual di ruang publik, semakin sering terjadi dan umumnya wanita menjadi korban utamanya. Bentuk pelecehan ini melibatkan kata-kata tidak senonoh dan tindakan melecehkan secara seksual, baik secara verbal maupun nonverbal.

Dikenal juga sebagai street harassment, catcalling menjadi salah satu bentuk kekerasan yang terjadi di tempat umum. Menurut definisi Oxford Dictionary, catcalling melibatkan siulan, panggilan, dan komentar seksual yang umumnya berasal dari laki-laki dan ditujukan kepada perempuan. Sementara itu, Merriam Webster menjelaskan bahwa catcalling mencakup tindakan meneriakkan komentar melecehkan secara seksual, mengancam, atau mengejek seseorang di depan umum.

Tidak dapat dipungkiri bahwa catcalling umumnya dilakukan oleh individu yang memiliki kekuasaan atau berada pada posisi superior. Meskipun pria dan wanita bisa menjadi pelaku atau korban catcalling, tindakan ini sering kali menimpa wanita dan dapat terjadi baik secara individu maupun dalam kelompok.

Baca juga: Viral, Bahasa Gaul Pick Me Girl dan Boy, Apa Artinya?

Namun, sebelum popularitas istilah catcalling seperti sekarang, mungkin banyak yang tidak menyadari dampak negatifnya. Keluhan terkait perasaan tidak nyaman akibat menjadi korban catcalling semakin banyak diungkapkan oleh masyarakat. 

Fenomena ini tidak hanya menyasar wanita, melainkan juga laki-laki, menciptakan kekhawatiran dan rasa tidak aman di ruang publik. Sebagai hasilnya, banyak wanita merasa was-was dan bahkan dapat mengalami trauma psikologis akibat tindakan catcalling yang terus meningkat.

Jenis-jenis Catcalling

Dua jenis utama catcalling adalah verbal dan non verbal, berikut pengertiannya:

1. Catcalling Verbal merupakan jenis pelecehan seksual yang terjadi melalui tindakan memberikan siulan, suara ciuman, "sstt ssstt," tindakan vulgar, komentar seksis, komentar rasis, komentar seksual, komentar terhadap tubuh, komentar terhadap kemampuan, serta pertanyaan atau ajakan agresif.

2. Catcalling Non Verbal adalah bentuk pelecehan seksual yang dilakukan dengan menggunakan gestur fisik untuk menilai penampilan korban, mengikuti atau menguntit, tindakan menghadang, sentuhan atau pegangan.


Faktor yang melatarbelakangi catcalling 

Ada dua faktor yang mempengaruhi orang melakukan catcalling. Secara umum, catcalling dapat dilihat sebagai hasil dari dua faktor utama, yaitu:

1. Faktor Biologis (Natural)

Ketika dorongan seksual laki-laki cenderung lebih besar daripada perempuan, menjadikan sebagian besar pelaku catcalling adalah laki-laki.

2. Faktor Sosial Budaya

Catcalling mencerminkan adanya sistem patriarki dalam masyarakat. Sistem patriarki meletakkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan memberikan peran dominan pada mereka.

Dari rasa menguasai dan dorongan seksual yang besar bisa menjadi faktor pelaku melakukan catcalling terhadap korban.

Dampak catcalling bagi korban

Dampak catcalling mungkin terlihat sepele bagi pelaku, namun berdampak serius bagi para korban. Bagi mereka yang menjadi sasaran catcalling, pengalaman tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan bahkan rasa takut.

Ruang publik yang seharusnya menjadi tempat aman bisa terasa tidak lagi nyaman bagi korban catcalling. Mereka bahkan mungkin berupaya untuk menghindari tempat-tempat di mana mereka pernah mengalami tindakan tersebut.

Dampak psikologis yang dialami korban catcalling bisa bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek meliputi perasaan malu, terhina, dan marah yang dapat memengaruhi pola tidur (insomnia) serta selera makan yang menurun (kehilangan nafsu makan).

Di sisi lain, dampak jangka panjang dapat berupa trauma, yang tercermin dalam pandangan negatif terhadap laki-laki secara umum. Sebagai contoh, melihat sekelompok laki-laki di jalan bisa memicu perasaan bahwa mereka mungkin akan menjadi korban catcalling.

Menurut Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, korban catcalling dapat mengalami tiga kategori gangguan stres pasca-trauma, yaitu hyperarousal, intrusion, dan numbing. 

Hyperarousal ditandai dengan reaksi emosional intens, seperti agresi dan insomnia. Intrusion mencakup munculnya ingatan yang tidak dapat dikendalikan, seperti kilas balik. Sedangkan numbing, jika berlangsung terus-menerus, dapat menyebabkan korban menjadi terpencil dari interaksi sosial dan acuh tak acuh.

Cara menghadapi catcalling  

Berbagai strategi dapat diambil untuk menghadapi catcalling yang sangat mengganggu, antara lain:

1. Menghindari Sekelompok Laki-laki

Jika melihat sekelompok pria yang dapat menggoda atau merendahkan wanita yang berjalan sendirian, menghindari mereka dengan mencari jalan alternatif atau masuk ke toko untuk mengamati situasi sekitar.

2. Tidak Menghiraukan dan Tetap Jalan

Tetaplah berjalan tanpa menghiraukan catcalling, terlihat cuek, dan seakan tidak mendengarkan komentar merendahkan ketika tidak ada jalan alternatif lainnya dan harus terpaksa melewati.

3. Memberikan Ekspresi Marah

Memberikan ekspresi marah ketika menghadapi catcalling dapat membuat para pelaku sadar bahwa perilaku mereka tidak diinginkan, meskipun tidak menjamin berhenti sepenuhnya.

4. Memberikan Teguran

Jika catcalling sudah melewati batas, memberikan teguran dengan percaya diri dan kata-kata yang tepat dapat membuat pelaku menyadari ketidaknyamanan yang mereka sebabkan.

5. Tidak Menggunakan Perhiasan Berlebih

Mengurangi penggunaan perhiasan mencolok dapat meminimalisir risiko tindakan kriminal yang mungkin muncul setelah catcalling.

6. Melaporkan ke Pihak Berwajib

Jika catcalling berulang, melaporkan kejadian tersebut kepada petugas keamanan setempat atau pihak berwajib dapat memberikan perlindungan dan membuat pelaku menyadari dampak perbuatan mereka.

Catcalling mungkin dianggap sebagai lelucon atau cara menarik perhatian oleh pelakunya, namun penting untuk menyadari bahwa perilaku tersebut dapat memberikan dampak serius pada korban. Dampak tersebut melibatkan hilangnya rasa aman dan kenyamanan, perasaan terbatas dalam bergerak di ruang publik, keraguan diri, dan gangguan kesehatan mental. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik