Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

CfDS UGM bersama Intudo Ajak Masyarakat Mengenal Dinamika Industri Start-up Indonesia 

Media Indonesia
08/9/2023 21:15
CfDS UGM bersama Intudo Ajak Masyarakat Mengenal Dinamika Industri Start-up Indonesia 
(UNIVERSITAS GADJAH MADA)

FENOMENA perkembangan ekosistem start-up yang menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia menunjukkan peluang besar bagi wirausaha baru. Meskipun demikian, tantangan yang ada memerlukan strategi dan perhatian khusus untuk menjaga stabilitas, terutama bagi start-up yang sedang berkembang. 

Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Intudo, menggelar forum diskusi Digitalk #58 X BUMI (Berkarya Untuk Masyarakat Indonesia) : 'Memahami Peluang dan Dinamika Industri Start-up'. Kegiatan ini ditujukan untuk dapat menjadi wadah bagi pelaku industri start-up, ahli, mahasiswa, dan masyarakat umum untuk memperkenalkan berbagai dinamika dalam ekosistem start-up Indonesia. 

Diskusi menghadirkan tiga key person dari tiga start-up di Indonesia.  Intudo Founding Partner Patrick Yip, CEO dan Co-Founder Populix Timothy Astandu, dan CEO dan Co-Founder SerMorpheus Kenneth Tali.

Baca juga: Yayasan Tarumanagara Kembangkan Potensi Anak Muda lewat CEO Bootcamp

Tidak hanya sharing session dalam format talkshow, para C-Level turut mengajak peserta lebih dekat dengan satu sama lain dalam sesi networking. Sesi ini menjadi kesempatan emas bagi para peserta dalam meraih career opportunity di start-up company, juga sebagai media pengembangan SDM ‘melek digital’ yang sesuai untuk kebutuhan perusahaan saat ini. 

Sekretaris Eksekutif CfDS UGM Syaifa Tania menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah upaya nyata yang CfDS UGM lakukan untuk mendukung perkembangan talenta digital Indonesia. “Kami sangat menyambut momen ini dengan antusias. Kami aktif bekerja sama dengan mitra-mitra dari berbagai lini untuk mempertemukan mereka dengan talenta digital yang siap bersaing di industri,” ujar Tania. 

Pertumbuhan start-up di Indonesia, yang menurut Databoks saat ini mencapai 2.483 start-up, didorong oleh perkembangan teknologi jaringan, populasi yang besar, kolaborasi antara pengusaha, investor, dan pemerintah, serta minat investor dalam ekosistem start-up. 

Baca juga: Hadir Kembali di Tahun Ini: Kelas Kecerdasan Digital untuk Dukung Akselerasi Talenta Digital Indonesia

Intudo sebagai venture capital, bersama company portfolio mereka: Populix dan SerMorpheus, hadir di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Mereka tumbuh dari sebuah keresahan dan bermaksud untuk turut berdinamika bersama ragam start-up karya anak bangsa lainnya, mendatangkan solusi lewat basis digital start-up.

Pada kesempatan show and tell dalam Digitalk #58 ini, CEO dan Co-Founder Populix Timothy Astandu memperkenalkan start-up karyanya. “Populix merupakan start-up yang dapat membantu Anda perihal kebutuhan riset, juga sebagai survey solution untuk menunjang kebutuhan individu dan akademik.” ujar Timothy. 

Menceritakan pengalamannya dalam membangun start-up, Timothy turut membagikan insight baru bagi para pegiat start-up di luar sana. “Berbicara mengenai membangun start-up, hal tersebut tentu tidak mudah. Di dunia, pasti ada susahnya. Semua start-up itu harus mulai dari titik nol. Start-up harus memiliki basis teknologi kuat yang bisa membawa dampak, mendisrupsi dunia.” ungkap Timothy. 

Baca juga: Wow, UGM Sukses Sulap Sampah Jadi Tidak Berbau! Pakai Teknologi Apa?

Perihal menggagas sebuah start-up dalam derasnya arus perkembangan industri tersebut, kreativitas dan adaptasi perlu dipertimbangkan, seperti yang diinovasikan oleh SerMorpheus. Inisiatif kreatif yang dibawa SerMorphues dimaksudkan untuk mengenalkan Web3 kepada masyarakat awam dengan model yang lebih mudah dipahami. 

“SerMorpheus sebagai start-up di bidang cryptocurrency dan NFT menyajikan produk kebanggaan kami, yaitu Konser.co.id, suatu aplikasi pengorganisasian event. Lewat aplikasi ini, fokus kami adalah untuk membangun attestation dan loyalty lewat pengkoleksian ‘stiker’ layaknya NFT,” ungkap CEO dan Co-Founder SerMorpheus Kenneth Tali.

Seperti yang diperkenalkan oleh Kenneth, dari banyaknya start-up yang turut berkontestasi dalam perkembangan e-economy, Intudo tampil sebagai pendorong kemajuan industri start-up nasional. Mereka percaya akan kehebatan para start-up asal Indonesia, bahwa market mereka tak kalah kuat dengan pasar internasional. 

“Kita lahir di Indonesia, hanya berinvestasi di Indonesia, dan hanya untuk Indonesia,” tutur Intudo Founding Partner Patrick Yip. 

Lewat BUMI (Berkarya Untuk Masyarakat Indonesia), Intudo menggiatkan pemberdayaan pelajar Indonesia untuk bergabung dengan ekosistem digital. 

“Kami siap untuk membantu para talenta digital di Indonesia untuk bersama-sama belajar dari ahli industri, membangun relasi, dan memperluas wawasan mereka.” tutur Patrick. 

Menghadapi tantangan dan dinamika pembangunan start-up, tentu di dalamnya banyak aspek yang memengaruhi. Pertimbangan matang lewat peran tim internal menjadi salah satu faktor penting. 

“Kolaborasi bersama antar stakeholder, baik dari sisi akademik, industri, swasta, serta pemerintah, diharapkan dapat mendukung persiapan masyarakat Indonesia yang lebih siap menyambut digitalisasi, AI, dan pembaharuan demi pembaharuan lain yang datang.” tutup Patrick.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Chadie
Berita Lainnya