Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Denny JA: Penyair Sebagai Pemimpin Spiritual Sebuah Bangsa

Widhoroso
25/6/2023 20:07
Denny JA: Penyair Sebagai Pemimpin Spiritual Sebuah Bangsa
Acara Hadiah Sastra untuk Sutardji Calzoum Bachry di TIM, Jakarta, Sabtu (24/6).(HO)

PENYAIR itu pemimpin spiritual sebuah bangsa, ia menjadi cermin batin terdalam komunitasnya. kalimat dari Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832) itu dikutip Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Denny JA di acara Hadiah Sastra untuk Sutardji Calzoum Bachri di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (24/6).

Sutardji Calzoum Bachri adalah seorang penyair kontemporer terkemuka Indonesia. Berkat dedikasinya terhadap perkembangan syair di Indonesia, dia dijuluki sebagai Presiden Penyair Indonesia dan diberi gelar Datuk Seri Pujangga Utama. Pelopor penyair angkatan 1970-an itu juga dikenal dengan ungkapan Kredo Puisi yang menyatakan bahwa kata-kata harus terbebas dari pengertian dan beban ide. Kredo puisi memberikan pemahaman pembaca terhadap karya-karya sajak dan sikap kepenyairannya.

Berbicara tentang Sutardji Calzoum Bachri, Denny JA kembali mengingat pada 1981, ketika pertama kali dirinya menjadi mahasiswa. Saat itulah Denny JA berkenalan dengan puisi Sutardji Calzoum Bachri.

Denny JA mengingat momen ketika dirinya berada di beranda Masjid Salemba UI dan mengulang-ulang membaca puisi Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul 'Kucing' yang ditulis pada 1973. Denny JA juga mengaku teringat dengan puisi Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul “Walau” yang tulis pada 1979.

Denny JA juga mengisahkan, pada 1981, ketika dirinya menjadi ketua mahasiswa Angkatan 81 Fakultas Teknik Universitas Indonesia, intensitas kegiatan agama di kalangan mahasiswa sangat tinggi, terutama akibat revolusi Islam di Iran yang dibawa Khomeini pada 1979. Slogan dan pernyataan soal prinsip agama Islam agar semakin hadir di ruang publik sangat sering diwacanakan.

Denny JA yang saat itu banyak membaca filsafat dan sastra, merasa kurang nyaman dengan pemahaman agama yang formalistik dan literal. "Puisi Sutardji saat itu mengisi kebutuhan batin saya. Kerinduan akan sentuhan Tuhan yang mendalam terasa dalam puisi Sutardji. Tapi, ia mengekspresikan kerinduan religius itu dengan pola yang tak biasa," tutur Denny JA.

Menurut pendiri LSI Denny JA itu, Sutardji Calzoum Bachri sebagai penyair mengekspresikan batin dirinya dan Indonesia. Namun sebagai sastrawan, Sutardji Calzoum Bachri mengekspresikan batin agama itu berbeda dibandingkan yang disampaikan oleh para kiai, dai dan ustadz di masjid. Berbeda pula dengan cara seorang akademisi dan intelektual dalam menyatakannya.

Dia menjelaskan, bahasa puisi membuat Sutardji Calzoum Bachri dapat mengekspresikannya secara lebih urakan, tak biasa, dan out of the box. "Namun, justru ekspresi yang tak biasa itu membuat renungan religiusnya memiliki tempat sendiri yang berbeda dalam memori," ungkao Denny JA.

Denny JA juga memberikan selamat kepada Sutardji Calzoum Bachri yang mendapatkan Anugerah Sastra 2023 sekaligus perayaan ulang tahunnya yang ke-82.  "Saya selaku Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena menempatkan Sutardji sesuai dengan sebuah ungkapan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang juga melahirkan penulis besar. Sutardji tak dipungkiri adalah salah satu penulis besar dalam sejarah Indonesia,” pungkasnya. (RO/R-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik