SABTU Suci adalah hari terakhir dalam Pekan Suci dalam persiapan perayaan Paskah. Hari Sabtu Suci adalah peringatan pada saat tubuh Yesus Kristus dibaringkan di kubur setelah pada hari Jumat Agung mati disalibkan. Keesokan harinya (Paskah) Yesus bangkit dari kematiannya.
Sabtu Suci juga merupakan peringatan berjaga selama 40 hari yang dilakukan oleh pengikut dari Yesus setelah kematian dan dikuburkannya pada Jumat Agung.
Bagi umat Kristen, Sabtu Suci juga menjadi momen untuk merenungkan pengorbanan serta cinta kasih Yesus Kristus. Ini juga menjadi momen peralihan dari peristiwa menyedihkan Jumat Agung menjadi perayaan kemenangan pada Minggu Paskah.
Baca juga : Polres Flotim Siapkan 187 Personel untuk Amankan Tradisi Semana Santa
Umat Kristen menjadikan Sabtu Suci untuk melakukan perenungan dan mengingat kembali bagaimana besarnya kebaikan Tuhan pada umatnya, menyadarkan diri, dan menghabiskan waktu khusus untuk berdoa dan bersama dengan Tuhan Yesus Kristus. Baik berdoa secara individu, bersama keluarga maupun di Gereja.
Hal-hal yang Perlu Direnungkan dalam Perayaan Sabtu Suci
1. Yesus menemani mereka yang kesepian
Tempat penantian, jika dilihat dari kacamata orang sekarang akan berupa pemakaman. Makam lekat dengan suasana sepi, menakutkan. Dalam kosmologi orang Yahudi kuno, dunia orang mati itu dunia yang hening, tanpa ada apa-apa.
2. Allah berbela rasa dengan pengalaman kematian
Manusia tidak bisa menghindari kematian. Melalui Yesus, Allah berbela rasa dengan manusia dengan menunjukkan belas kasih pada pengalaman kematian manusia. Yesus benar-benar mati di salib dan digambarkan melalui jenis kematian berbeda menurut keempat pengarang Injil.
3. Kematian bukan akhir
Lewat Sabtu Suci, Yesus ingin menunjukkan bahwa kematian itu transitus sebelum kebangkitan. Transitus berarti transit atau berhenti sebentar. Kematian ragawi itu alamiah, tetapi dibangkitkan adalah anugerah. Martasudjita berkata, Allah selalu ingin umat-Nya bersama-sama dengan Dia, baik yang semasamm hidupnya jahat, baik, kejam, siapapun, ketika mau menundukkan diri, mohon belas kasihan, siapapun akan diselamatkan.
Warna liturgi selama masa Prapaskah adalah warna ungu. Warna ungu akan terlihat dari busana pastor (stola dan kasula), misdinar, diakon dan prodiakon juga petugas misa lain. Dalam liturgi, warna ungu dipakai selama masa mawas diri, masa yang memerlukan ketenangan. Dikisahkan para prajurit memakaikan Yesus jubah ungu dan mahkota dari anyaman duri.
Warna ungu juga dikenakan selama masa Adven, ibadah harian maupun misa arwah. Kemudian warna merah akan digunakan pada Minggu Palma dan Jumat Agung yang berarti cinta dan penderitaan. Selanjutnya, warna liturgi putih akan digunakan untuk merayakan Paskah. (Z-5)