Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENGURUS PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan PP Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Iqbal Mochtar menilai tidak meratanya dokter di pusat kota dan pelosok baik dokter umum dan dokter spesialis masih terjadi karena kurangnya kesejahteraan bagi para dokter.
Hal itu menjadi persoalan kronis yang terjadi dari tahun ke tahun. Bahkan setiap ganti menteri kesehatan pun persoalan pemerataan dokter pun masih berlanjut.
"Jika dilihat persoalan distribusi yang tidak merata ini masalahnya utamanya ada kesejahteraan. Karena kita tahu sekolah dokter spesialis cukup lama sampai 6-7 tahun dan biaya besar," kata Iqbal saat dihubungi.
Namun, lanjut dr Iqbal, masalahnya selama ini semua pembiayaan dokter spesialis dikeluarkan oleh dokter sendiri jadi pemerintah tidak pernah ikut terlibat dalam pembiayaan tersebut. Jika ada pun sifatnya pada tugas belajar dan hanya beberapa orang saja.
Akibatnya seorang yang harus kuliah dokter umum kemudian internship kemudian masuk pendidikan dokter spesialis total belajar hingga 12 tahun. Semua biaya dikeluarkan dari dompet mereka masing-masing.
"Karena meluangkan waktu dan pembiayaan yang banyak maka wajar saja ketika selesai pendidikan maka mereka mencari kesejahteraan tersebut. Paling tidak mengembalikan uang yang selama ini dipakai untuk pendidikan," ujarnya.
Karena bisa jadi uang pendidikan tersebut berasal dari dompet orang tuanya, pinjaman, atau lainnya sehingga ada inisiatif timbal balik setelah berhasil meraih gelar dokter.
"Akhirnya wajar-wajar saja jika mereka ingin mencari kehidupan di kota. Kehidupan di kota menjanjikan kehidupan yang lebih baik, kemudahan, sarana, dan sebagainya" ucapnya.
Ia mengatakan jika pemerintah ingin melakukan distribusi dokter secara lebih baik pertama ditingkatkan dulu kesejahteraannya harus ada insentif bagi dokter yang bekerja di daerah.
"Pendapatan mereka harus dijamin dan setara dengan dokter yang bekerja di kota karena kalau tidak mereka akan kembali ke kota," jelasnya.
Tetapi kalau pemerintah mau memberikan insentif katakanlah pendapatan yang lebih besar tentu saja mau bekerja di daerah. Kalau pendapatan tidak sesuai maka menjadi wajar banyak dokter memilih bekerja di kota besar. (H-2)
Generasi Beta: Pahlawan atau korban revolusi teknologi? Mari kita bahas.
Dalam dekade terakhir, masyarakat Indonesia mulai akrab dengan dunia digital. Mulai dari kakek-nenek hingga cucu telah melek teknologi informasi.
Di era digital yang terus berkembang, transformasi digital bukan hanya sekadar tren. Itu telah menjadi kebutuhan mendesak dalam berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) adalah sebuah sistem digital yang dirancang khusus untuk membantu Puskesmas dalam mengelola berbagai informasi kesehatan.
Kalian harus perbanyak minum air putih. Air putih bermanfaat baik untuk kesehatan kulit. Dengan asupan cairan tubuh yang baik maka badan dan kulit menjadi terwat.
Putri Catherine dari Wales mengumumkan sedang menjalani kemoterapi pencegahan untuk mengobati kanker. Tapi apa itu kemoterapi pencegahan?
Sebelumnya, IDI Jakarta memprediksi adanya lonjakan kasus covid-19 pascalibur Natal dan Tahun Baru. Kondisi itu dapat menyebabkan rumah sakit rujukan penuh.
ADANYA pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) yang telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster menuai kritik.
Ia mengatakan, fokus pelayanan IDI diharapkan semakin berubah dari kuratif dan rehabilitatif menjadi promotif dan preventif.
LAPORAN Abdul Hamain, salah seorang warga Tangsel itu, terkait dugaan penggunaan gelar akademik S2 palsu oleh Ketua IDI Kota Tangsel belum ditindaklanjuti oleh Polisi.
POLRES Tangsel berkomitmen untuk menuntaskan kasus dugaan penggunaan gelar akademik S2 palsu, dengan terlapor Ketua IDI Kota Tangsel, Fajar Siddiq.
POLRES Tangerang Selatan (Tangsel) terus memproses kasus dugaan penggunaan gelar akademik S2 palsu, dengan terlapor Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Tangsel, Fajar Siddiq.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved