Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
KEPALA Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengaku khawatir akan terjadi cuaca ekstrem di tahun baru 2023 yang serupa dengan tahun 2020.
"Dikhawatirkan dapat terjadi seperti itu. Kenapa? Karena saat itu tingginya intensitas hujan juga dipengaruhi oleh seruakan udara dingin yang ada di daratan Asia Tibet dan Monsun Asia yang semakin menguat," kata Dwikorta dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (27/12).
Namun, Dwikorita menyebut ada perbedaan fenomena atmosfer yang terjadi saat ini dan pada 2020. Ia menyebut, pada 2020 ada fenomena La Nina yang dapat meningkatkan curah hujan sampai dengan 70%. Fenomena itu muncul bersamaan dengan seruak udara dingin dan Monsun Asia sehingga dapat menciptakan cuaca ekstrem.
Saat itu, ucap dia, curah hujan tertinggi mencapai 377 milimeter kubik dalam waktu 24 jam. Angka itu sudah melebihi ambang batas curah hujan pada kategori ekstrem, yakni 150 milimeter kubik dalam waktu 24 jam.
Sementara itu, di tahun ini, fenomena La Nina levelnya lebih rendah. Namun, seruak udara dingin yang terjadi di tahun ini munculnya berbarengan dengan fenomena atmosfer lainnya di antaranya peningkatan aktivitas Monsun Asia, adanya arus lintas ekuatorial dan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO).
Dwikorita mengungkapkan, meskipun belum bisa memastikan bahwa curah hujan di tahun baru 2023 akan sama seperti tahun 2020, namun potensi curah hujan ekstrem di atas 150 milimeter kubik dalam 24 jam besar terjadi.
"Sebelum (curah hujan) mencapai 100 milimeter kubik pun banjir sudah terjadi di mana-mana. Kondisi bencana ekstrem hidrometeroogi itu sudah terjadi sebelum mencapai 100 milimeter kubik. Bagaimana nanti kalau mencapai 150 milimeter kubik yang prediksi kami itu sangat mungkin terjadi. Jadi itu poinnya di sana. Jadi jangan hanya diwaspadai tapi disiagakan," tukas Dwikorita.
Baca juga: BMKG Bantah Prediksi BRIN Soal Badai Dahsyat Jabodetabek
Pada kesempatan itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Guswanto mengungkapkan untuk mengantisipasi adanya cuaca ekstrem di masa Tahun Baru 2023, ada berbagai upaya yang perlu dilakukan. Pertama, pihaknya berharap masyarakat selau waspada.
"Karena cuaca ekstrem ini selalu ada di setiap puncak musim hujan dan musim hujan akan terjadi Desember, Januari, Februari. Sementara puncak musim hujan DKI ada di Januari, Februari kalau kita lihat beberapa tahun terakhir," ungkapnya.
Kedua, yang perlu diperhatikan juga ialah infrastruktur tata kelola air. Ia menyebut, jika infrastruktur tata kelola air lebih bagus, maka hujan dengan intensitas ekstrem pun bisa ditangani dan tertapampung sehingga tidak menimbulkan potensi banjir.
"Ada satu usaha yang kita harapkan, yaitu masyarakat harus lebih sadar terhadap cuaca dan iklim. Masyarakat harus mengenali lingkungan tempat tinggalnya dan mengupdate informasi cuaca seperti apa. Itulah langkah mitigasi yang perlu dilakukan," pungkas Guswanto. (OL-5)
Kondisi ini memicu merebaknya kasus batuk serta infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan ibu hamil.
BMKG telah merilis update prakiraan cuaca hari ini, Sabtu 2 Agustus 2025, yang mencakup peringatan dini cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia.
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia pada Jumat 1 AGustus 2025
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia pada Kamis, 31 Juli 2025.
Waspadai gelombang tinggi di perairan selatan, terutama saat kecepatan angin di atas 15 knot cukup berisiko terhadap aktivitas pelayaran.
Cuaca panas ekstrem yang melanda Jepang dalam beberapa pekan terakhir membawa dampak yang serius.
BMKG memperingatkan tingginya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau dan sekitarnya, menyusul puncak musim kemarau awal Agustus.
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) pada 7-11 Juli 2025 untuk percepatan penanganan darurat banjir di area Jakarta Raya.
Fenomena Hujan Carnian atau Carnian Pluvial Episode (CPE) adalah sebuah peristiwa geologis yang terjadi sekitar 232 juta tahun lalu pada periode Trias Akhir
Potensi hujan ringan hingga sedang diperkirakan terjadi di sebagian wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Kota Tangerang.
Direktorat Meteorologi Publik BMKG menyebut dalam sepekan ke depan, kombinasi gelombang atmosfer, yakni low fequency, Gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuatorial cukup konsisten.
WILAYAH Indonesia saat ini memasuki pancaroba atau pola peralihan dari musim hujan ke fase awal musim kemarau. Sehingga jangan heran jika hujan masih mengguyur sejumlah daerah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved