Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DEMAM berdarah dengue (DBD) sudah menjadi penyakit yang tak asing lagi bagi masyarakat. Bagaimana tidak? Keberadaannya di Indonesia sudah berlangsung sejak lama.
Kasus DBD sendiri pertama kali dilaporkan di Indonesia pada 1968, dengan kasus pertama ada di Surabaya. Sejak pertama kali ditemukan, kasus ini terus menunjukkan peningkatan setiap tahun.
DBD tentu tak boleh dianggap remeh karena bisa berakibat fatal. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada 2021 terdapat 73.518 kasus DBD dengan jumlah kematian sebanyak 705.
Mengapa DBD terus ‘eksis’ di Indonesia? Mengawali penjelasannya Ketua Komunitas Dengue Indonesia Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K) mengatakan DBD disebabkan oleh virus dengue.
Penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
“Nah, Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan curah hujan tinggi, hawanya hangat dan lembab, menjadi tempat yang cocok untuk nyamuk Aedes," katanya.
"Jadi DBD merupakan penyakit endemis, ada terus setiap tahun, naik turun tergantung cuaca dan sewaktu-waktu bisa menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa),” terang Prof. Sri dalam sesi temu media yang diadakan Takeda di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sejatinya, lanjut Prof. Sri, berbagai program penanggulangan DBD sudah banyak digencarkan pemerintah. Namun, karena angka kejadiannya yang terus meningkat dengan jumlah kematian yang banyak , diperlukan terobosan lain.
Dalam hal ini, vaksinasi menjadi salah satu harapan. Vaksin dengue digunakan untuk mencegah infeksi virus dengue.
“Virus dengue terdiri dari 4 serotype. Berdasarkan penelitian, semua serotype, 1, 2, 3, 4, ada di Indonesia. Jadi, vaksin yang digunakan idealnya yang punya kemampuan mencegah infeksi keempat serotype ini atau disebut vaksin tetravalen,” ujar Prof. Sri yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia.
Vaksin dengue tetravalen tersebut merupakan hasil inovasi baru. Belum lama ini, vaksin tersebut mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk penggunaan pada orang berusía 6-45 tahun, tanpa perlu skrining atau melihat infeksi dengue sebelumnya. Diharapkan, vaksin ini dapat segera tersedia untuk digunakan masyarakat.
Prof. Sri menambahkan, berdasarkan hasil penelitian, efikasi atau tingkat kemanjuran vaksin untuk keseluruhan serotype sebesar 65,
"Yang menarik, vaksin ini mampu mencegah perawatan sebanyak 80,8%, dan mencegah dengue berat 93,2%. Jadi, kalaupun kena, gejalanya ringan,” imbuhnya.
Wajib Terapkan 3M Plus
Tentu saja, Prof. Sri menegaskan, vaksin bukanlah solusi tunggal. Kegiatan pencegahan melalui pemberantasan sarang nyamuk, atau populer disebut 3M Plus, tetap wajib dilakukan oleh seluruh masyarakat.
Kegiatan 3M meliputi: menguras bak mandi atau bak penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk.
Adapun kegiatan Plus-nya meliputi: mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak, menutup lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon, dan lainnya.
Selain itu, menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air, memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air, memasang kawat kasa, menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai, menggunakan kelambu, memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, dan cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.
“Kebiasaan yang tampaknya sepele namun mengundang nyamuk masih sering ditemukan di masyarakat. Seperti, menggantung baju bekas pakai," katanya.
"Nyamuk suka sekali dengan aroma tubuh/keringat manusia yang menempel di baju bekas pakai. Jadi, jangan suka menggantung baju bekas pakai. Lalu, penampung tetesan air di dispenser maupun kulkas, jangan lupa harus dibersihkan, demikian juga genangan tetesan air AC,” kata Prof. Sri mengingatkan.
Ia juga menekankan pentingnya penanganan pasien DBD secara cepat dan tepat untuk mencegah kefatalan.
Kefatalan terjadi ketika komponen cairan (plasma) darah bocor, merembes keluar dari pembuluh darah sehingga darah dalam pembuluh lebih kental, alirannya pun melambat. Hal itu berisiko membuat hantaran oksigen yang dibawa darah ke otak terganggu dan timbullah syok.
“Jadi, yang terpenting dalam penanganan DBD adalah pemberian cairan untuk menggantikan cairan yang bocor tersebut, ini tidak boleh terlambat. Kalau ada anggota keluarga mengalami gejala, sebaiknya periksa ke dokter,” pungkas Prof. Sri. (Nik/OL-09)
Pencegahan Penyebaran Deman Berdarah di Banda Aceh
Seorang dokter spesialis anak Hapsari, menyarankan penggunaan konsep KLMNOPR untuk mengenali gejala demam berdarah (DB) pada anak.
Kombinasi antara penyakit tidak menular seperti obesitas dengan penyakit menular seperti DBD akan menghasilkan kombinasi risiko fatalitas tinggi.
Memasuki musim pancaroba, daya tahan tubuh anak kerap menurun. Hal ini perlu diwaspadai karena pancaroba identik dengan penyakit demam berdarah.
Tren kasus DBD di Cianjur tahun ini cenderung turun dibanding tahun sebelumnya.
KASUS demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi masyarakat di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebanyak 120 orang harus dirawat karenanya.
Perubahan iklim global ekstrem mengakibatkan kekeringan, banjir, serta ko-evolusi patogen dan hama yang menggangu produktivitas dan produksi jagung.
Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS. mengatakan susu memiliki asam amino esensial berperan penting dalam menjaga sistem hormon dan imunitas tubuh, serta mencegah osteoporosis
Pendekatan ekonomi dalam melakukan tindakan hukum (legal act) dapat menjadi salah satu instrument untuk mewujudkan social justice.
Prof.San Afri menjelaskan bahwa program KHDPK melaksanakan, pertama, penanaman ulang lahan kritis, rusak, gundul dan tidak produktif akibat pengelolaan sebelumnya.
Besar Fikom Universitas Gunadarma, Prof. Dr. Tuti Widiastuti. menyebutkan urgensi lima keterampilan sumber daya manusia (SDM) dalam era industri 4.0,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved