Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KEMENTERIAN Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengembangkan sistem kualitas lingkungan secara kontinu, realtime agar pemantauan bisa melekat untuk industri maupun kualitas lingkungan.
Sesditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Tulus Laksono mengatakan ada dua sistem pemantauan yakni untuk kualitas air dan udara.
"Pemantauan kualitas air untuk memantau kualitas sungai, waduk dan seterusnya. Kemudian kualitas udara ambien, yang kami kembangkan untuk industri yaitu pemantauan air limbah, kemudian di cerobong-cerobong. Emisi yang keluar dari industri secara terus menerus kita pantau," ujar Tulus, Senin (12/12).
Sampai tahun ini, sudah terpasang 73 alat pemantau kualitas air dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan 127 alat dari Dana Alokasi Khusus (DAK).
"Jadi dana-dana DAK dari KLHK sebagian sudah untuk mendukung sistem pemantauan kualitas air ini. Ini akan terus kita kembangkan supaya terwakili kualitas air di seluruh Indonesia," kata Tulus.
Sementara itu, di seluruh ibu kota Provinsi Indonesia sudah terpasang alat kualitas udara.
"Saat ini, di tahun 2022, sudah terpasang sebanyak 56 buah alat kualitas udara di kota yang berbeda. Alat ini juga sebaiknya setiap kabupaten/kota ada, karena kualitas udara in berkembangnya cepat sekali," ucapnya.
Baca juga: Emisi Industri Susu Perburuk Krisis Iklim
KLHK juga terus melakukan pengembangan untuk sistem udara ambien. Sedangkan, sistem pemantauan kontinu industri untuk air limbah, dari semua industri seharusnya ada 486 perusahaan yang memasang alat tersebut, namun saat ini baru 215 perusahaan, yang ditolak prosesnya 87 perusahaan, yang terkendala status 113 perusahaan dan 71 perusahaan sama sekali tidak ada laporan.
Lalu, untuk sistem emisi cerobong perusahaan, yang akan memasang ada 182 perusahaan, yang sudah terkoneksi di KLHK da 70 perusahaan. 10 jenis yang wajib sistem pemantauan emisi kontinu adalah industri pembangkit listrik tenaga termal, industri peleburan besi dan baja, pulp dan kertas, rayon, carbon black, migas, pertambangan, pengolahan sampah secara termal, semen, dan pupuk amonium nikrat.(OL-5)
Kerja sama antara KIE dan KMI merupakan upaya bersama untuk mendorong pengelolaan karbon yang berkelanjutan, sekaligus memperkuat kontribusi industri terhadap transisi energi rendah emisi.
KPU RI melakukan kontrak dengan broker Alfalima Cakrawala Indonesia untuk penyewaan private jet.
Proyek green hydrogen to power tersebut sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Hidrogen dan Amonia yang baru diluncurkan Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) terus mendorong penggunaan kendaraan listrik secara masif sebagai langkah strategis demi menekan tingkat polusi udara.
MMS Group Indonesia (MMSGI) menegaskan komitmennya terhadap pelaksanaan keberlanjutan lingkungan.
Penerapan sistem informasi berbasis teknologi seperti SSIINas ini dapat memberikan kemudahan bagi sektor industri untuk melaporkan data emisinya secara terintegrasi.
Aqimos hadir sebagai solusi untuk mempercepat proses pemantauan kualitas udara. Alat ini mampu memangkas waktu pelaporan dari 24 jam menjadi hanya 1,6 menit.
KLH KLH akan memberlakukan pengawasan ketat terhadap 4 ribu cerobong asap di 48 kawasan industri sekitar Jabodetabek. Hal itu dilakukan dalam upaya memperbaiki kualitas udara di Jabodetabek.
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.25 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 152 atau masuk dalam kategori tidak sehat.
Indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta, pada pukul 04.10 WIB, berada di angka 118 atau masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5.
Warga dapat mengakses informasi kualitas udara Jakarta secara real-time melalui aplikasi Jakarta Kini (JAKI)
Berdasarkan pantauan pada pukul 05.40 WIB, Indeks Kualitas Udara di Jakarta berada pada angka 153 dan partikel halus berdiameter 2,5 mikro meter di angka 58 mikrogram per meter kubik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved