Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SEBANYAK 77 mahasiswa dari kampus Universitas Sanata Dharma
(USD) Yogyakarta, Minggu (04/12), melakukan kampanye konservasi
anggrek dengan cara mengembalikan berbagai jenis anggrek khas
Merapi ke dalam hutan. Mereka ingin agar anggrek tetap lestari dan
berkembang biak dalam hutan.
Meski hujan mulai turun, namun antusias puluhan mahasiswa tidak surut.
Mereka tetap masuk ke hutan Merapi untuk mengembalikan habitat anggrek
hutan.
"Ingin ikut melestarikan anggrek di Merapi," kata Dofi Ananda, salah
satu mahasiswi USD Yogyakarta, yang ikut menanam anggrek di dalam Hutan
Merapi, saat ditanya motivasinya.
Menurut Ananda, keikutsertaannya dalam konservasi anggrek Merapi, karena ingin mengenal macam-macam anggrek Merapi sekaligus belajar budi daya anggrek. Para mahasiswa belajar langsung dari Musimin, seorang warga Turgo, yang memiliki tempat budi daya anggrek di rumahnya.
"Jadi ingin belajar langsung dari Pak Musimin tentang jenis-jenis
anggrek dan bagaimana budi dayanya," kata Ananda.
Sulistyono, dosen sekaligus peneliti anggrek dari Pusat Studi Lingkungan (PSL) USD Yogyakarta, mengaku mengajak mahasiswa untuk ikut
melakukan konservasi anggrek dan mengembalikannya ke Hutan Merapi
bersama Musimin.
Menurut Sulistyono, menanam anggrek di musim hujan seperti saat ini
sangat tepat, karena anggrek akan cepat berkembang biak. Peserta juga
ikut melakukan program adopsi anggrek yang dikelola Musimin.
"Selain belajar langsung, kami ikut menanam dan adopsi anggrek yang
dikelola Pak Musimin," kata Sulistyono.
Tujuannya, lanjut dia, mahasiswa jadi punya pengalaman langsung yang
bisa menjadi pengetahuan kehidupan setelah mereka lulus kuliah. Itu
menjadi bagian dari penyelamat anggrek Hutan Merapi dari kepunahan.
"Di kampus juga ada mata kuliah tentang ekologi, edukasi, dan wisata.
Jadi ini wisata ekologi dan edukasi," katanya.
Musimin, warga Turgo yang membudidayakan anggrek hutan dengan cara
mengembangbiakkan anggrek di tempat penangkaran lalu mengembalikannya ke dalam hutan, mengaku senang melihat generasi muda yang peduli pada
kelestarian anggrek hutan.
"Nanti ketika mereka lulus dan kembali ke masyarakat, punya kenangan dan semoga mereka terapkan di kampung mereka, sehingga kelestarian terjaga," kata Musimin.
Menurut dia, jenis anggrek Vanda tricolor sengaja tidak ditanam
karena jumlahnya sudah banyak di hutan. Musimin memilihkan jenis anggrek yang jumlahnya masih sedikit, sehingga bisa berkembang biak di dalam hutan.
"Ada sekitar 54 tanaman, dan kami menanam yang di habitatnya sudah semakin berkurang," kata Musimin.
Anggrek yang ditanam antara lain, Aerides odoratus; Appendicula reflexa; Rhynchostylis retusa; Coelogyne speciosa; Dendrobium salaccense; Cymbidium bicolor; Eria iridifolia; Agrostophyllum laxum; dan Dendrobium mutabile.
Ahmadi, Kepala Suba Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), mengapresiasi upaya konservasi anggrek yang dilakukan mahasiswa USD Yogyakarta.
Menurutnya, upaya konservasi tidak harus pengelola oleh TNGM, akademisi dan mahasiswa juga bisa ikut dalam pelestarian anggrek Hutan
Merapi.
"Semoga bisa menggugah yang lain untuk ikut melakukan konservasi
anggrek," kata Ahmadi. (N-2)
Ada banyak destinasi wisata alam yang bisa dikunjungi di Indonesia, salah satunya destinasi yang masuk dalam kategori konservasi alam. Selain melihat keindahan alam,
Kesejahteraan dan konservasi gajah sangatlah diperlukan.
Ocean Dream Samudra Ancol menerima kehadiran anggota keluarga baru, yaitu lima bayi penguin humboldt yang imut dan menggemaskan.
Sejumlah masyarakat Muara Gembong, Bekasi ikut menanam 2500 mangrove untuk menghadapi perubahan iklim dan persoalan abrasi di kawasan pesisir utara Bekasi
Dua bayi penguin Humboldt lahir di Jakarta Aquarium & Safari (JAQS), menambah daftar keberhasilan tempat konservasi yang berlokasi di kawasan pusat perbelanjaan
SEORANG pria tengah memainkan laptop duduk bersila di sebuah sofa
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved