Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

'Tropic Fever' Angkat Kisah Kekerasan di Industri Perkebunan pada Masa Kolonial Belanda

Joan Imanuella Hanna Pangemanan
04/12/2022 19:40
'Tropic Fever' Angkat Kisah Kekerasan di Industri Perkebunan pada Masa Kolonial Belanda
Tropic Fever(Ist)

'TROPIC Fever' merupakan sebuah film dokumenter yang berisi cerita-cerita pada industri perkebunan tembakau dan karet, konstruksi warna kulit sebagai kategori sosial, dan “demam tropis” pada masa kolonial penjajah di Pulau Sumatera dan Belanda.

Dalam film tersebut, diperlihatkan beberapa arsip kolonial dari kedua negara.

Baca juga: ICMI akan Jadi Pelopor Transformasi Bangsa dengan Nilai Universal Islam

Pada waktu itu, masyarakat Indonesia menjadi pekerja untuk para tuan-tuan Belanda. Sebagai pekerja, mereka bahkan hanya boleh mengonsumsi makanan yang diperbolehkan oleh tuan mereka. Hingga mereka harus menerima suntikan dan obat-obatan karena kekurangan gizi. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun turut mengalami hal serupa.

Orang dewasa dan anak-anak terlihat memiliki kondisi tubuh yang sama, sama-sama kekurangan gizi yang seharusnya dimiliki oleh seorang manusia yang sehat.

Terlihat diskriminasi warna kulit dari perbedaan busana dan pekerjaan mereka. Masyarakat pribumi tidak diizinkan untuk memasuki restoran atau tempat-tempat tertentu yang hanya bisa dikunjungi oleh tuan-tuan berkulit putih. Pribumi hanya bisa mendatangi tempat tersebut sebagai pekerja.

Penanyangan perdana 'Tropic Fever' di Indonesia dilaksanakan pada 3 Desember 2022 di Goethe Institut, Jakarta Pusat. Sebelumnya, 'Tropic Fever' telah diputar secara perdana untuk publik dalam festival film DOK Leipzig di Jerman pada bulan Oktober 2022.

Film ini juga akan diputar bersama dengan komunitas terkait di Semarang minggu depan. Kemudian, akan diputar di Medan pada Januari 2023. Format penanyangan 'Tropic Fever' akan dibarengi dengan diskusi bersama para sutradara dan penonton yang hadir.

Sutradara dibalik film dokumenter ini adalah Mahardika Yudha, Perdana Rooswaldy, Robin Hartanto Honggare. Film ini juga berisi monolog yang berasal dari novel "Tropic Fever: The Adventures of A Planter In Sumatra" oleh László Székely. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya