Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Pengungsi Gempa Cianjur Banyak Derita ISPA hingga Diare

Atalya Puspa
25/11/2022 16:21
Pengungsi Gempa Cianjur Banyak Derita ISPA hingga Diare
Sejumlah warga berdiri di sekitar rumah yang terdampak gempa di Cianjur, Jawa Barat.(AFP)

BERDASARKAN pemantauan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia Cianjur, korban gempa Cianjur, Jawa Barat banyak yang mengalami infeksi. Yang terbanyak yakni ISPA, alergi, dispepsia, asma, diare, scabies, luka robek, myalgia, fraktur dan diabetes karena tidak terkontrol dan sulit mendapatkan pelayanan. 

"Infeksi mulai ada, baik pada anak maupun dewasa yang ditandai dengan demam dan ISPA," kata Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi dalam keterangan resmi, Jumat (25/11). 

Baca juga: Menkes Perkirakan Puncak Kasus Covid-19 Terjadi Lagi di Desember

Sementara untuk anak-anak, banyak kasus anak mengalami broncho pneumonia, ISPA, selain trauma seperti patah tulang, kaki, cedera kepala atau tubuh.

Untuk merespons hal itu, PB IDI telah mengirimkan relawan dokter dan nakes, termasuk obat-obatan serta pendukung pengungsi seperti selimut dan bahan makanan. Tenaga medis dokter yang ada di Cianjur saat ini berdasarkan data yang dihimpun dari laporan anggota IDI baik wilayah maupun cabang termasuk perhimpunan ialah 167 dokter umum, 21 dokter spesialis bedah, 24 dokter spesialis ortopedi, 7 dokter spesialis anestesi, 2 dokter spesialis kejiwaan utk trauma healing, 7 dokter spesialis anak dan 2 dokter spesialis penyakit dalam. 

"Bantuan relawan dokter tersebut datang dari IDI wilayah dan cabang dan juga Pusat Krisis Kesehatan PB IDI. Juga ada koordinasi dengan Perhimpunan dibawah IDI seperti PABOI, IDAI, POGI, PAPDI, PERKI, PDPI," beber dia. 

Sementara untuk data nakes lainnya berdasarkan laporan dari klaster kesehatan ialah 378 perawat, 77 bidan, 11 kesehatan lingkungan, 5 tenaga surveians, 3 ahli gizi, 2 analis kesehatan dan 126 apoteker. 

Adib mengakui, penanganan kesehatan di lokasi pengungsian masih terkendala sejumlah hal. Di antaranya beberapa pasien luka terbuka dan patah tulang belum tertangani karena pasien tidak mau berobat. Selain itu banyak penderita tidak mau dirujuk karena takut dirujuk ke RS di luar Cianjur. 

"Selain itu lbelum semua aliran listrik aktif, air bersih, lokasi MCK yang belum sesua, kebutuhan alas kaki, kebutuhan sembako dan banyaknya alas tenda yang tergenang air serta kebutuhan selimut," imbuh dia. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya