Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DOKTER subspesialis Vitreo-retina dari JEC Eye Hospitals and Clinics Ferdiriva Hamzah menjelaskan seseorang dengan mata silinder pun dapat menjalani operasi lasik mata.
"Bisa (mata silinder dan minus). Jadi lasik itu bisa untuk menghilangkan minus dan silinder. Jadi sekaligus bisa. Misal kita minus dua silinder satu, dua-duanya hilang. Berkuranglah kita bilangnya dengan lasik," jelas Ferdiriva, dikutip Selasa (8/11).
Lebih lanjut, Ferdiriva menjelaskan lasik umumnya bersifat permanen. Namun apabila minus kembali setelah melakukan lasik, hal tersebut kemungkinan diakibatkan oleh perkembangan bola mata yang belum berhenti.
Baca juga: Sinar Ultraviolet Matahari Lebih Berbahaya untuk Mata Ketimbang Sinar Biru Gawai
"Begini. Biasanya orang yang lasik lalu minus kembali itu bisa jadi karena dia waktu dilasik, memang kan perkembangan bola mata kan biasanya umumnya setop di 18 tahun minusnya sudah nggak nambah lagi. Nah mungkin dia belum setop terus lasik, jadi minusnya bisa kembali lagi," ungkap Ferdiriva.
"Tapi bukan berarti misalnya sebelumnya dia minus 5 terus kembali jadi minus 5 lagi. Itu sangat jarang. Lasik umumnya permanen sih. Jadi bukan lasik terus tumbuh lagi. Cukup jarang sih," sambungnya.
Jika seseorang ingin melakukan operasi lasik, Ferdiriva mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pasien. Misalnya tidak mengganti kacamata dalam satu tahun dan sudah berusia 18 tahun ke atas.
"Yang perlu dilakukan sebelum lasik nomor satu dia tidak menggonta-ganti kacamata dalam setahun. Usianya sudah 18 tahun ke atas. Terus dia harus lepas softlens selama 2 minggu," ujarnya.
Kendati demikian, Ferdiriva menjelaskan tidak semua orang bisa melakukan lasik. Sebab, terdapat beberapa kondisi yang tidak memungkinkan pasien untuk menjalani lasik.
"Lalu nggak semua orang bisa dilasik. Karena kita harus periksa dulu ketebalan kornea dan lain sebagainya. Kalau ditemukan ada gangguan atau kelainan di kornea atau di retina, atau ada penyakit mata lain, itu nggak bisa dilasik. Jadi memang harus screening dulu semuanya," paparnya.
"Minus satu sampai minus 14 itu masih bisa dilasik. Lebih dari itu nggak bisa. Karena makin tinggi minus maka yang ditembakkan ke mata akan semakin banyak. Semakin banyak maka kornea akan makin tipis. Bayangin saja kalau sudah semakin banyak nanti korneanya kenapa-napa. Jadi memang minus 14 biasanya maksimal. Biasanya ada tindakan lain untuk lebih dari itu seperti tanam lensa dan lain sebagainya," pungkas Ferdiriva. (Ant/OL-1)
Penyakit mata tiroid, juga dikenal sebagai oftalmopati tiroid atau penyakit Graves, adalah kondisi di mana mata seseorang terpengaruh gangguan pada kelenjar tiroid.
Kelainan kelopak mata dapat mengakibatkan iritasi, menghalangi pandangan, bahkan menyebabkan kebutaan. Tindakan operasi dapat mengatasinya.
Kampanye digital pencegahan katarak #EyeCareForAll diluncurkan melalui aplikasi Campaign #ForABetterWorld.
Bentuk mata anda bisa menjadi penentu dalam menentukan bulu mata palsu yang tepat untuk anda. Ini tips memilihnya.
Sekitar 80% kebutaan di Indonesia disebabkan oleh katarak. Operasi menjadi satu-satunya cara untuk memulihkan penglihatan pasien.
Orangtua disarankan melarang anak usia di bawah satu tahun menatap layar gawai serta membatasi waktu layar anak usia satu sampai tiga tahun maksimal satu jam.
Saat ini, teknologi lasik yang berbasis laser itu semakin berkembang. Salah satunya seperti yang terdapat pada mesin operasi lasik generasi terbaru.
RS Mata JEC-Orbita @ Makassar merupakan rumah sakit mata pertama dan satu-satunya di Indonesia Timur yang menyediakan teknologi Lasik dan ReLEx SMILE.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved