KEPALA Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan terdapat 14 wilayah di DKI Jakarta yang berpotensi longsor. Dia membeberkan sejumlah tanda-tanda yang bisa dikenali masyarakat untuk mewaspadainya.
"Apabila terdapat laporan tanah atau batuan yang miring ke arah luar, bisa jadi itu akan terjadi longsor," ujar Isnawa dalam pernyataannya.
Menurutnya, bergesernya posisi batu merupakan ciri-ciri adanya pergeseran tanah. Ciri selanjutnya yang harus diperhatikan adalah kemunculan retakan tanah yang membentuk tapal kuda, dan terdapat rembesan air pada lereng.
Masyarakat juga diminta untuk berhati-hati apabila terdapat pohon dengan batang yang terlihat melengkung. Lalu terdapat perubahan kemiringan lahan yang sebelumnya landai menjadi curam.
Sebagai pencegahan, kata Isnawa, ada beberapa upaya mitigasi yang bisa dilakukan oleh masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar kawasan kali atau sungai.
1. Tidak membangun rumah di atas atau bawah atau bibir tebing
2. Tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai
3. Tidak menebang pohon di sekitar lereng, dan menghindari untuk pembuatan kolam atau sawah di atas lereng.
Terkait dengan kerawanan bencana tanah longsor di wilayah DKI Jakarta, Isnawa pun mengungkap 14 lokasi yang mesti diwaspadai
Untuk di Jakarta Barat, terdapat satu wilayah yang berpotensi terjadi pergerakan tanah dengan skala menengah, yaitu ada di Kecamatan Kembangan.
Kemudian, terdapat lima wilayah di Jakarta Timur yang berpotensi terjadi longsor. Untuk potensi dengan skala menengah terdapat di wilayah Kecamatan Cipayung, Kecamatan Ciracas, dan Kecamatan Makasar.
Sedangkan untuk potensi dengan skala menengah tinggi terdapat di wilayah Kecamatan Kramatjati dan Kecamatan Pasar Rebo.
Adapun, kota dengan wilayah terbanyak yang berpotensi terjadi longsor adalah Jakarta Selatan. Setidaknya terdapat delapan wilayah di Jakarta Selatan yang berpotensi terjadi longsor. Untuk potensi longsor dengan skala menengah terdapat di wilayah Kecamatan Pancoran.
Sedangkan tujuh wilayah lainnya di Jakarta Selatan memiliki potensi longsor dengan skala menengah tinggi, yaitu: Kecamatan Cilandak, Kecamatan Jagakarsa, Kecamatan Kebayoran Baru, Kecamatan Kebayoran Lama, Kecamatan Mampang Prapatan, Kecamatan Pasar Minggu, dan Kecamatan Pesanggrahan.
"Untuk skala menengah itu maksudnya pada zona tersebut dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal," kata Isnawa.
Terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah, sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk skala menengah tinggi artinya adalah pada zona tersebut dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Isnawa pun mengatakan bahwa mayoritas kejadian tanah longsor adalah karena intensitas curah hujan yang tinggi pada lokasi yang berada di sekitar kali atau sungai.
Ia juga menginformasikan bahwa sepanjang tahun 2017 hingga akhir 2021, setidaknya terdapat 57 kejadian tanah longsor di DKI Jakarta. (H-2)