Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa cuaca ekstrem di musim hujan 2022 akan terjadi hingga awal tahun 2023 mendatang. Untuk itu, Kepala BMKG Dwikorita mengimbau kepada semua pihak untuk waspada dan melakukan serangkaian upaya antisipasi dalam mengatasi ancaman bencana hidrometeorologi basah.
"Potensi cuaca ekstrem dapat terjadi hingga diperkirakan Maret atau April tahun depan, 2023. Untuk itu ini mohon diwaspadai," kata Dwikorita, Selasa (11/10).
Baca juga: BPOM: Daftar Ulang Produk Pangan Olahan Sebulan Sebelum Izin Edar Habis
Dwikorita mengungkapkan cuaca ekstrem yang terjadi di musim hujan bukanlah satu hal baru. Hal itu sudah sering terjadi dalam waktu 5 tahun terakhir. Namun, ia menjelaskan ada sejumlah faktor yang menyebabkan munculnya cuaca ekstrem tahun ini.
Pertama, dalam tiga tahun terakhir Indonesia masih dipengaruhi oleh La Nina. "Saat ini memang intensitasnya mulai melemah dan diprediksi akan berlangsung sampai akhir tahun, bahkan awal tahun 2023," imbuh Dwikorita.
Kedua, yakni adanya fenomena dari Samudra Hindia, di mana teradi penigkatan pasokan uap air ke Indonesia. Kedua fenomena itu termasuk ke dalam fenomena global.
Di samping itu, ada pula fenomena regional, yakni terjadinya gelombang atmosfer Madden Julian, yang merupakan pergerakan arak-arakan awan hujan dari arah Samudra Hindia di timur Afrika ke Samudra Pasifik dan melewati indonesia.
"Ini yang semakin meningkatkan intensitas curah hujan di Indonesia. Dan sirkulasi sirklonik suhu muka air laut masih hangat, sehingga ada pembentukan awan hujan intensif," kata Dwikorita.
"Fenomena dari global dan regional berinteraksi pada waktu yang sama, sehingga intensitasnya sangat menguat," imbuh Dwikorita.
Adapun, untuk tiga hari ke depan. Dwikorita mengimbau agar sejumlah wilayah siaga terhadap ancaman bencana hidrometeorologis akibat adanya cuaca ekstrem. Wilayah-wilayah itu ialah sebagian wilayah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Barat.
"Dan untuk sepekan ke depan hampir seluruh provinsi di Indonesia merata, sebagian besar berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat," ucap dia.
Dalam hal mitigasi, Dwikorita menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak, mulai dari pemerintah daerah, BMKG di daerah, BPPT, SAR, Kepolisian, TNI dan sejumlah pihak untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Kita juga sudah lakukan koordinasi dengan PUPR baik pusat ataupun balai wilayah PUPR di berbagai wilayah Indonesia," pungkas dia. (OL-6)
BMKG merilis prakiraan cuaca 8 Juli 2025 yang mencakup potensi cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia
Dia menjelaskan nilai anomali Sea surface Temperature atau SST di rentang 0-1.0 derajat celcius menunjukkan penambahan massa uap air di sekitar perairan Sulawesi Utara
BMKG memprediksi suhu panas terjadi di sejumlah kota di Indonesia pada Senin 7 Juli 2025 antara lain di Serang dan Surabaya
BMKG memprediksi cuaca ekstrim masih mengintai sejumlah wilayah Indonesia, khususnya wilayah yang banyak dikunjungi selama libur sekolah,
Meskipun Indonesia telah memasuki musim kemarau, dinamika atmosfer dan kelembapan udara di banyak wilayah masih tinggi.
BMKG merilis prakiraan cuaca untuk 38 kota besar di Indonesia pada Senin (7/7). Sejumlah wilayah diperkirakan mengalami hujan ringan hingga hujan petir.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved