Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Asosiasi Konsumen Konvo Nilai Informasi Negatif Vape sebagai Hoaks

Mediaindonesia.com
27/9/2022 13:15
Asosiasi Konsumen Konvo Nilai Informasi Negatif Vape sebagai Hoaks
Hokkop Situngkir.(DOK Pribadi.)

SEJAK lama banyak pemberitaan yang menyudutkan perihal rokok elektrik. Berita mengenai penggunaan rokok elektrik punya konsekuensi serius buat kesehatan, mulai dari depresi, disfungsi seksual terutama ereksi (buat pria), risiko stroke tingkat tinggi, sesak napas berat, hingga penyebab utama kerusakan paru-paru. 

Hokkop Situngkir mewakili Konvo, asosiasi konsumen vape, memaparkan fitnah dan berbagai tuduhan miring itu menyatakan bahwa EVALI (e-cigarettes or vaping associated lung injury) pada khususnya menjadi penyebab serius buat kesehatan paru-paru dengan landasan tulisan di media Drug and Alcohol Review pada akhir Agustus lalu. EVALI bisa diartikan sebagai penyakit paru-paru akut sebagai akibat menghirup aerosol dari pena vape atau rokok elektrik. 

EVALI pernah menjadi wabah besar di akhir 2019, khususnya Amerika Utara, yang berakhir mendadak di awal 2020 hingga sempat membuat publik ketakutan untuk bervape. Konon, tercatat 68 orang meninggal dan lebih dari 2.800 orang dirawat karena penyakit paru akut tersebut. "Namun seiring dengan waktu dan hebohnya pemberitaan tersebut, ternyata tidak ada bukti dari dunia kesehatan bahwa itu semua berhubungan dengan mengisap rokok elektrik," ucap Hokkop dalam keterangan tertulis, Selasa (27/9).

Konon semua terkuak karena faktor kejahatan ekonomi di sana dengan mengambinghitamkan rokok elektrik. Vitamin E acetate (VEA) yang digadang-gadangkan sebagai bahan utama penyebab kerusakan paru-paru ternyata sama sekali tidak bisa dicampurkan ke e-liquid nikotin. Tidak hanya itu, VEA sama sekali tidak ada pengaruhnya bahkan jika bisa dicampurkan sekalipun. Untuk lebih meyakinkan lagi, Hokkop bahkan memaparkan empat organisasi kesehatan terkenal di Amerika seperti American Heart Association, American Cancer Society, American Lung Association, dan American Thoracic Society sampai pada intinya membuka tabir bahwa EVALI memang dikembangkan sebagai propaganda antivaping.

Hokkop juga mengingatkan bahwa berita wabah penyakit paru-paru pada 2019 sudah di-warning ke seluruh dunia dan akibat rokok elektriklah yang menyebabkannya itu. Namun Public Health England yang merupakan agensi eksekutifnya Kementerian Kesehatan di Inggris justru jauh-jauh hari mengingatkan bahwa sebenarnya tidak ada hubungannya antara penggunaan nikotin vape dengan EVALI. Lebih tepatnya, EVALI timbul lebih karena kasus black market vape yang mencampur-adukkan bersama bahan-bahan ganja yang dicampur vitamin E acetate (VEA).

Ada kasus menarik lain seputar pemberitaan fitnah EVALI di dunia vape, contohnya Australia, papar Hokkop lagi. Dua kasus yang berkaitan dengan EVALI ternyata didiagnosa punya penyakit atau penyebab bawaan lain, bukan karena vape. Pertama, seorang remaja yang belakangan diketahui mengidap penyakit infeksi kandungan kemih (urinary infection) dan menyebar hingga ke paru-paru. Sedangkan kasus kedua, seorang pria tua berumur 70 tahun yang memang terkena penyakit infeksi paru-paru akibat komplikasi penyakit emphysema akibat merokok konvensional selama 40 tahun. 

Studi terbaru yang mendukung hal itu juga dilakukan Yale School of Public Health yang menyebutkan bahwa kasus angka tinggi dari penggunaan e-cig dan ganja di Amerika sama sekali bukan penyebab EVALI. Bantahan tersebut dimuat di jurnal Addiction yang membahas hubungan kasus EVALI dan prawabah yang menyebar ternyata jauh lebih sedikit jika dikaitkan dengan penggunaan vaping. Menurut asisten profesor Abigail Friedman PhD dari Yale School of Public Health, hasil penelitian malah menunjukkan angka yang bertolak belakang dengan tuduhan ini.

Kesimpulannya, berita mengisap nikotin dari vape sebagai penyebab EVALI ialah hoaks. "Mereka yang menuduh juga harus jujur dan berani mengatakan yang sebenarnya," kata Hokkop. Sayangnya, mereka secara buruk masih menghasut dan memaparkan bahaya vape dengan mengaburkan tema, berputar-putar, dan mirisnya meninggalkan konsumen vape dengan pertanyaan yang tidak bisa terjawab. "Mudah-mudahan praduga salah soal vape semacam itu akan segera hilang," pungkas Hokkop. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya