Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar dalam hal ekonomi syariah. Dari sisi omzet industri halal saja, diperkirakan mencapai US$2 triliun yang dapat dioptimalkan oleh Indonesia.
Namun, dari angka tersebut saat ini industri halal justru masih didominiasi negara yang masyoritas penduduknya bukan muslim.
"Saya kasih contoh, negara eksportir utama daging halal ke Negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) yaitu Brasil, India, Amerika Serikat. Sementara negara eksportir fesyen muslim ke negara OKI itu Tiongkok, Turki dan India. Jadi potensi kita masih sangat besar untuk dikembangkan baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor," ungkapnya dalam acara Digital & Sharia Economic Festival (DIGISEF) 2022 secara virtual, Jumat (2/9).
Lebih lanjut, Juda menambahkan bahwa peluang dan potensi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia masih sangat besar.
Untuk itu, BI memiliki tiga pilar sebagai basis pengembangan ekonomi syariah. Pertama pemberdayaan ekonomi syariah. Langkah utama yang akan dilakukan BI ialah pengembangan halal value chain secara end to end mulai dari produksi, pemasaran hingga digitalisasi pembayaran.
Kedua pendalaman pasar keuangan syariah. Tujuannya untuk meningkatkan pembiayaan bagi perekonomian syariah, termasuk pengembangan keuangan sosial syariah.
"Pilar ketiga penguatan edukasi dan literasi. Ini sangat penting untuk pemahaman masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah," pungkas Juda. (OL-12)