Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Wartawan Senior MI Gelar Pelatihan Jurnalistik untuk Santri Tebuireng

Al Fahrizal (Pesantren Tebuireng)
08/8/2022 18:38
Wartawan Senior MI Gelar Pelatihan Jurnalistik untuk Santri Tebuireng
Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia Ade Alawi memberikan pelatihan jurnalistik untuk santri di Ponpes Tebuireng Jombang, Senin (8/8)(MI/Abdillah Muhammad Marzuqi)

DEPUTI Direktur Pemberitaan Media Indonesia Ade Alawi memberikan pelatihan jurnalistik di auditorium Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng, Jawa Timur, Senin (8/8).

Pelatihan berjudul Jurnalistik Santri di Era Digital digelar dalam rangkaian penyusunan buku resolusi jihad KH Hasyim Asy'ari oleh Media Group Network. Kegiatan itu diikuti sekitar 50 peserta yang berasal dari santri unit SLTA dan anggota tim media Pesantren Tebuireng.

Mudir Bidang Pendidikan Pesantren Tebuireng Khusnadi Said mengatakan pelatihan itu diharapkan mampu memicu para siswa untuk bisa menjadi jurnalis.

"Para peserta pelatihan jurnalistik ini merupakan para santri dari berbagai unit pendidikan di Pesantren Tebuireng. Mereka juga orang yang sudah terbiasa menulis. Sehingga, harapannya setelah acara, semangat santri ini dalam menulis lebih terpacu terutama dalam menjadi seorang jurnalis," ucap Khusnadi.

Ade menyampaikan urgensi para santri mampu melakukan tugas jurnalistik. Menurutnya, hal itu menjadi cara dakwah di era digital yang memungkinkan setiap orang bisa leluasa mewartakan segala sesuatu. Belajar jurnalistik tidak sebatas karena ingin menjadi wartawan. Jurnalistik, kata Ade, punya banyak manfaat. Salah satunya belajar berpikir dan menyampaikan pesan secara runtut.

"Mempelajari ilmu jurnalistik bukan semata-mata untuk menjadi wartawan. Jurnalistik adalah ilmu agar berfikir secara runtut," ungkap sosok yang pernah menjabat sebagai Pemipin Redaksi (Pemred) Lampung Post.

Terdapat empat sifat penting yang patut dimiliki seorang yang melakukan tugas jurnalistik.


Baca juga: Gobel: Filatelis adalah Pencatat Sejarah dan Peradaban


"Ada empat sifat wajib yang harus dimiliki seorang jurnalis. Pertama, sidik atau benar. Benar bukan hanya dalam materi saja, tapi yang terpenting adalah benar dalam jati diri. Kedua, amanah. Bahwa seorang jurnalis harus sesuai dengan standar jurnalistik. Ketiga, tablig, berani menyampaikan suatu peristiwa sesuai fakta yang benar. Dan terakhir, fatanah, seorang jurnalis harus cerdas dalam berpikir dan bertindak," tegasnya.

Para peserta mengikuti pelatihan itu dengan penuh antusias. Hampir separuh dari peserta mengajukan pertanyaan. Dari soal informasi bohong atau hoaks, kompetensi wartawan, hingga keberpihakan media.

Salah satu peserta dari SMA A Wahid Hasyim, Aditya Sukisno Putra, menanyakan tentang pemberitaan positif seorang sosok yang bisa jadi justru terkesan membaik-baikkan.

"Sebagaimana kita tahu, bahwa di media kita dilarang untuk mencemarkan nama baik. Lantas, bagaimana jika media yang membaik-baikan suatu tokoh?" tanya Aditya.

Terkait pertanyaan kritis itu, Ade mengungkap adanya rambu-rambu dalam pemberitaan. Salah satunya berkesesuaian dengan fakta atau faktual.

"Perlu diperhatikan terlebih dahulu, bahwa kebaikannya itu bersifat faktual atau tidak? Jika tidak, maka sama saja dengan menyampaikan kebohongan. Dan itu tidak benar," tegas Ade.

Di akhir sesi, seluruh peserta diminta untuk mempraktikan materi pelatihan. Pemateri juga bekerja sama dengan tim media Tebuireng juga memberikan pendampingan kepada para santri yang tergabung dalam pelatihan ini agar lebih giat menulis. (OL-16)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya