Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Fenomena SCBD Bentuk Kritik Atas Konsumsi Fesyen Kaum Muda Perkotaan

Ardi Teristi
20/7/2022 21:05
Fenomena SCBD Bentuk Kritik Atas Konsumsi Fesyen Kaum Muda Perkotaan
Anak-anak SCBD di kawasan Taman Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakart( ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)


SOSIOLOG Universitas Gadjah Mada Derajat Sulistyo Widhyarto menilai kemunculan kelompok anak muda Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok (SCBD) yang menghadirkan Citayam Fashion Week bisa dipandang sebagai bentuk kritik atas konsumsi fashion. Mereka memilih menggunakan baju pinjaman atau membeli dengan harga murah, berbeda dengan yang dilakukan oleh kaum muda perkotaan.

"Mereka menggunakan baju pinjaman sampai dengan membeli dengan harga murah. Hal itulah yang membentuk kritik konsumsi mode kaum muda kota yang terjebak memakai baju produk industri," ujarnya, Rabu (20/7).

Derajat menilai kemunculan kelompok SCBD sebagai bagian pembentukan budaya baru yang dilakukan oleh anak muda sehingga perlu diapresiasi. "Salah satu karakter kaum muda adalah pencipta budaya dan kebudayaan youth culture. Fenomena Citayam mempunyai efek budaya dari kebudayaan tersebut," tegasnya.

Kemunculan mereka yang menggunakan area publik di pusat kota sebagai lokasi unjuk ekspresi serta memilih gaya busana sebagai pilihan budaya baru sangat brilian karena gaya busana bagian dari budaya yang bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

"Ruang kota menawarkan tantangan baru yakni kesempatan untuk mendorong
pembentukan budaya mengikuti budaya yang bisa diterima adalah fesyen,"
jelasnya.

Anak muda yang melakukan peragaan busana di jalanan Ibu Kota ini
umumnya berasal dari kota-kota penyangga Jakarta. Bahkan, mereka juga
berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah yang seakan menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan upaya melawan arus fenomena budaya konsumerisme dan pamer kemewahan yang ditunjukkan para pegiat medsos dan influencer.

"Mereka memang kalah bertarung dengan kaum muda menengah ke atas yang sudah masuk ruang bisnis kota. Maka Citayam adalah representasi kaum muda menengah ke bawah dan menjadi bagian dari eksistensi baru mereka dalam mengisi ruang kota dan sekaligus pembentuk budaya muda kota," ujar Derajat.

Meski begitu, kaum muda ini menurut Derajat Sulistyo juga menggunakan media digital untuk memperkuat gaung ruang ekspresi budaya baru mereka. "Kaum muda di sana paham betul jika Jakarta adalah ruang yang bisa mewakili daya tarik dan meningkatkan audiens. Maka mereka dengan sadar menjadikan Jakarta sebagai ruang penciptaan budaya," tandasnya. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya