Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
TEPAT pukul 07.00 WIB saya melangkahkan kaki menuju Rumah Anak SIGAP RPTRA Bahari. Perasaan lega dan bahagia memenuhi hati karena dapat kembali memulai aktivitas setelah kegiatan diliburkan karena Ramadan dan hari raya Idul Fitri.
Namun, pada saat bersamaan timbul rasa cemas karena saya akan menerima kunjungan dari Bu Retno dan Aulia, putranya. Ingatan saya melayang pada kunjungan pertama mereka beberapa bulan lalu. Ketika tiba di Rumah Anak SIGAP, Aulia tidak mau turun dari gendongan sang ibu bahkan menangis dengan keras. Ibu Retno tampak menahan tangis. Melihat itu saya tidak bisa memaksakan kunjungan dilanjutkan karena situasi yang tidak memungkinkan. Saya tak sempat menanyakan kenapa Aulia tampak begitu trauma saat mulai masuk ke ruangan.
"Assalamu’alaikum," terdengar salam. "Waalaikumsalam," jawab saya dengan riang karena melihat kehadiran Bu Retno dan Aulia yang diantar sang ayah beberapa waktu lalu Saya cek ruangan sebentar memastikan sudah rapi, aman, dan nyaman. Pintu sengaja saya buka dari tadi agar bisa terlihat oleh Aulia dari luar.
Seperti dugaan saya, mata Aulia langsung melihat ke dalam ruangan. Saya dan ibunya menahan nafas menunggu reaksinya. Perlahan saya masuk ke ruangan tanpa menyapa Aulia. Ibu Retno mengikuti dari belakang dengan langkah lambat. Terdengar rengekan dari Aulia, perlahan ibunya duduk sambil memangkunya. Saya sudah menyiapkan bola warna-warni dan mobil-mobilan untuk menarik perhatiannya. Aulia masih melihat sekeliling ruangan dan terpancar rasa takut di matanya. Tangannya tak mau lepas dari pelukan sang Ibu.
Ketika saya gerakkan mainannya maju mundur Aulia mulai menunjukkan ketertarikan. Ia beringsut perlahan dari pangkuan ibunya dan menunjuk mobil-mobilan sambil merengek. Perlahan saya letakkan mainan di depannya. Saya ingin bersuara atau menyapa tapi takut merusak suasana hatinya.
"Ini mobil dek, bagus ya mobilnya. Warnanya merah nih ada pintunya lagi. Ini yang bulat rodanya dek, dorong yuuk ngeng...ngeng..ngeng," papar Bu Retno. Akhirnya Aulia pun bergerak dari satu mainan ke mainan berikutnya. Meski masih belum mau bersuara, konsentrasi Aulia sudah teralihkan ke mainan. Kami berdua pun tersenyum bahagia saat melihat Aulia berusaha berdiri dan melangkah dengan berpegangan pada bantalan dinding ruangan.
Terserang meningitis
Pelan-pelan saya mencoba bertanya tentang keadaan Aulia. Bu Retno mengungkapkan saat usia Aulia hampir satu tahun, ia mengalami kejang-kejang. Sejak saat itu Aulia sering membenturkan kepalanya sambil menangis. Beberapa bulan kemudian, Aulia dibawa berobat ke Puskesmas terdekat dan dirujuk ke sebuah rumah sakit untuk dilakukan tes kesehatan lebih lanjut. Hasil tes menujukkan ia terkena virus meningitis dan harus dirawat selama dua minggu. Setelah diperbolehkan pulang, Aulia pun masih harus melakukan pemeriksaan rutin ke rumah sakit hingga ia dinyatakan bebas dari virus tersebut.
Namun, virus meningtis ternyata berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Aulia. Berat badannya turun drastis dan perkembangan agak tersendat. Saat ini usianya 20 bulan tapi ia belum bisa duduk sendiri dan masih merangkak. Ia pun harus menjalani terapi selama 10 kali. Menurut Bu Retno, kemungkinan Aulia menangis histeris saat kunjungan pertama karena ruangan Rumah Anak SIGAP berwarna warni dan penuh dengan mainan. Hal itu sama persis dengan ruangan rumah sakit tempat ia terapi. Saat menjalani terapi, Aulia hanya ditemani perawat karena orang tua tidak diperbolehkan ikut.
Ibu Retno mengakhiri cerita tentang anak ketiganya ini sambil mengusap air mata. Meski terkadang lelah dan putus asa, ia bertekad untuk tetap kuat dan melanjutkan terapi mandiri di rumah. Bahkan ia mengikuti kegiatan bermain serta aktivitas lain di Rumah Anak SIGAP. Dengan stimulasi yang beragam, kegiatan Rumah Anak SIGAP dapat membantu perkembangan Aulia. Menurut Bu Retno, jika hanya di rumah saja hasilnya tak akan maksimal. Sebab jika Aulia menangis akan langsung digendong oleh ayah atau kakaknya dengan alasan kasihan. Padahal hal itu justru menghambat perkembangan Aulia.
Satu jam kunjungan tak terasa sudah terlewati. Kami membicarakan jadwal kunjungan berikut disesuaikan dengan kondisi fisik dan perasaan Aulia. Saya akan menjadwalkan waktu khusus untuk Aulia agar leluasa bergerak dengan aktif. Karena jika bersamaan batita lain Aulia terlihat malu dan menutup diri.
Rumah Anak SIGAP merupakan bagian dari program Siapkan Generasi Anak Berprestasi (SIGAP) inisiatif Tanoto Foundation di bidang pengembangan anak usia dini dalam rangka mempersiapkan generasi masa depan yang berkualitas. Program ini dilaksanakan sebagai upaya untuk memastikan agar setiap anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya serta siap menempuh pendidikan dasar. Berbagai layanan yang tersedia merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam melakukan pengasuhan anak usia dini yang positif dan responsif. Selain itu juga memberikan stimulasi cukup bagi anak usia 0 hingga 3 tahun yang akan membantu meningkatkan perkembangan mereka secara optimal. (O-2)
SEBUAH penyakit misterius telah menyebabkan sedikitnya 60 orang meninggal dunia di tengah-tengah wabah yang terjadi di Republik Demokratik Kongo, demikian ungkap para dokter.
Meningitis tuberkulosis (TB) adalah infeksi serius yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang meninges, lapisan pelindung otak dan sumsum tulang belakang.
Meningitis adalah infeksi serius pada selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Pada anak-anak, penyakit ini dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Vaksin meningitis merupakan cara penting untuk melindungi individu, terutama mereka yang berada dalam kelompok berisiko tinggi, dari penyakit meningitis.
Meningitis adalah peradangan pada selaput pelindung otak dan sumsum tulang belakang, yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur. Ini gejalanya.
Setiap 5 Oktober, dunia memperingati Hari Meningitis Sedunia sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan penyakit yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved