YAYASAN Sativa Nusantara merupakan pihak yang menginisiasi penelitian ganja untuk keperluan medis di Indonesia. Sejak mengajukan proposal penelitian tanaman ganja ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan pada 2014, titik terang baru muncul saat ini.
"Saat ini sudah ada respon positif dari Menkes (soal proposal penelitian ganja). Keren Menkes yang sekarang. Concern terhadap iptek, scientific based dan ilmiah based," kata Ketua Yayasan Sativa Nusantara Inang Winarso saat dihubungi, Jumat (1/7).
Ia mengungkapkan, pihaknya dan Kementerian Kesehatan telah membuat rencana penelitian. Namun demikian, belum bisa dipastikan kapan rencana penelitian itu akan rampung.
"Mudah-mudahan bisa segera akhir tahun ini," imbuh dia.
Adapun, tim peneliti akan terdiri dari Yayasan Sativa Nusantara, Universitas Syiah Kuala dan Kementerian Kesehatan. Dalam pengajuan proposal awal ini, Inang mengatakan pihaknya akan melakukan penelitian tanaman ganja untuk pengobatan diabetes.
Inang menyebut, pihaknya akan meneliti zat yang terkandung dalam akar, batang, daun, dan bunga dari tanaman ganja untuk pengobatan diabetes.
"Akar, batang, daun, bunga. Yang dicari adalah zat yang akan dijadikan bahan baku obat diabetes. Kalau Indonesia bisa menghasilkan bahan baku obat diabetes dari tanaman ganja yang nilai ekonomisnya sangat murah, gampang didapat dan mudah diolah, ini menolong penderita diabetes juga menjadi solusi untuk BPJS Kesehatan," tutur Inang.
Inang berpaku pada sejumlah penelitian terdahulu di beberapa negara. Salah satunya yakni penelitian Aliansi Amerika untuk Medical Cannabis (AAMC) pada 2005 yang menyatakan ganja memiliki sejumlah manfaat bagi pasien diabetes.
Baca juga: Komisi III Buka Peluang Keluarkan Ganja dari Golongan I
Selain itu, penelitian yang dipublikasikan pada 2012 oleh GW Farmasi di Inggris mengungkapkan THCV dan cannabidiol (CBD) yang terkandung dalam tanaman ganja memiliki efek pada tingkat lemak tubuh. Penelitian ini menemukan THCV meningkatkan sensitivitas terhadap insulin pada hewan, sekaligus melindungi sel-sel yang memproduksi insulin.
Selain itu, sebuah studi pada 2013 yang diterbitkan dalam The American Journal of Medicine mengatakan orang yang rutin mengonsumsi ganja memiliki tingkat hormon insulin yang lebih rendah dibanding orang yang berpuasa. Hal ini juga terbukti telah mengurangi resistensi insulin.
"Menurut rujukan penelitian terdahulu, dengan kandungan yang berasal dari ganja, itu bisa dengan cepat menyembuhkan diabetes, 2-3 bulan bisa sembuh. Sehingga tidak perlu lagi pengobatan. Karena pengobatan yang sekarang ada tidak bisa menyembuhkan, hanya menetralisir gejalanya," ungkap Inang.
Selain untuk penelitian obat diabetes, Inang menyatakan sudah ada rencana utuk penelitian penyakit lainnya, seperti epilepsi, cerebral palsy dan kanker.
"Tapi memang yang paling siap kita riset diabetes," pungkas dia.(OL-5)