Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
KEMENTERIAN Kesehatan tengah melakukan investigasi terhadap 30 kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengungkapkan, dari 30 kasus tersebut, sebanyak 16 kasus telah masuk dalam kategori probable dan 14 kasus masih dalam pending clasification.
"Sejak awal di Indonesia sudah ada 70 kasus kumulatif di mana 40 kasus sudah disingkirkan kaarena sudah diketahui penyebabnya jadi bukan tergolong dalam hepatitis akut. Lalu, kasus-kasus yang ada saat ini tersebar di 21 provinsi," kata Syahril dalam konferesi pers yang diselenggarakan secara virtual, Jumat (24/6).
Baca juga: Jemaah Haji RI yang Wafat Bertambah Jadi 11 Orang
Syahril mengungkapkan, dari 16 kasus probable, sebanyak 56,25% adalah perempuan dan 43,75% adalah laki-laki. Sementara itu, pasien terdiri dari usia 0 sampai 16 tahun.
Dari kasus-kasus yang ada, gejala yang paling banyak ditemukan ialah demam, mual, muntah, kuning dan gatal.
Syahril mengungkapkan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan patogen pada pemeriksaan PCR dan metagenomi pada 16 kasus probable. Dari pemeriksaan itu, paling banyak ditemukan adalah cytomegalovirus (CMV). Selain itu, ada pula yang terdeteksi virus dari famili herpesviridae, eternovirus dan adenovirus.
"Ini masih menjadi catatan bagi kita untuk menunggu keputusan WHO untuk konfirmasi hepatitis akut yag belum diketahui penyebabnya ini," ucap dia. (OL-6)
Rasio dokter di Indonesia hanya sekitar 0,60 hingga 0,72 dokter per 1.000 penduduk. Angka itu jauh di bawah standar WHO yaitu 1 dokter per 1.000 penduduk.
Sebanyak 103 lokasi Koperasi Desa Merah Putih akan menjadi proyek percontohan untuk kehadiran klinik dan apotek desa.
DIREKTUR Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, mengatakan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga dalam penemuan kasus kusta di dunia pada 2023.
Hingga saat ini, layanan tes HIV tersedia di 514 kabupaten/kota, layanan IMS di 504 kabupaten.
Dari 356 ribu ODHIV tersebut, sekitar 67 persen atau 239.819 orang sedang dalam pengobatan dan sekitar 55 persen atau 132.575 virusnya tersupresi.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan di periode 2024, ada lebih dari 4.500 kasus IMS pada rentang kelompok muda.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved