Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KETUA Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tengah Nur Sangadji mengatakan masyarakat harus mendapatkan edukasi agar bijak menanggapi segala situasi dan informasi di era narasi segregasi, intoleransi, dan upaya pemecah belah kebinekaan dan kerukunan bangsa.
"Masyarakat kita perlu dididik untuk dapat menyelaraskan bersama antara pikiran dengan hati, antara emosi dengan logika, jadi sama-sama itu harus disatukan," kata Sangadji seperti dikutip Antara di Jakarta, Kamis (26/5).
Dia meminta masyarakat juga harus dapat melek dan memilah informasi. Pasalnya, dewasa ini sudah menjadi tabiat yang melekat bahwa informasi sering dimanipulasi untuk kepentingan tertentu.
"Masyarakat harus melek informasi dan informasi itu punya tabiat dikurangi dan ditambahkan, yang kami sebutkan dengan akurasi informasi itu. Oleh karena itu, masyarakat kita harus diedukasi untuk menjadi dewasa untuk menerima dan menanggapi suatu peristiwa yang terjadi,” jelas Dosen Fakultas Peternakan Universitas Tadulako Palu itu.
Bukan tanpa sebab, dia menyampaikan hal itu sebagai tanggapan terhadap kasus Ustaz Abdul Somad (UAS) yang beberapa waktu lalu dilarang memasuki wilayah Singapura karena di negeri tersebut pernah menyampaikan ceramah bernuansa segregasi, intoleran, dan memecah belah persatuan.
"Walaupun saya tidak terlalu mengikuti berita tersebut, namun menurut saya kita harus menghormati keputusan yang diambil negara tersebut, karena setiap negara itu memiliki otoritas," kata alumnus Universite Jean Moulin Lyon 3 Paris.
Baca juga: Duta Damai Dunia Maya BNPT Tambah Amunisi Lawan Propaganda Terorisme
Narasi yang muncul usai peristiwa yang dialami UAS tersebut, seperti narasi Islamofobia dan kriminalisasi ulama, bukan suatu tuduhan belum cukup berdasar untuk dituduhkan kepada suatu negara berdaulat.
"Karena, ketika ada orang datang ke rumah saya, lalu saya tidak menerima, itu kan hak yang punya rumah itu. Kalau sudah dijelaskan, tetaplah bukan salah si tuan rumah, tapi poinnya itu adalah terjelaskan agar tidak terus menjadi salah paham," katanya.
Oleh karena itu, pria yang lahir di Tidore, Maluku Utara, itu menilai penting terhadap peran para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk terlibat langsung dalam membangun komunikasi yang baik dan sehat di tengah masyarakat.
"Tokoh-tokoh ini punya peluang yang lebih besar untuk mendewasakan masyarakat, karena tokoh agama dan tokoh masyarakat ini lebih dekat dengan masyarakat, membangun komunikasi, karena banyak hal itu tidak terselesaikan karena komunikasi. Banyak hal yang menjadi masalah karena tidak dikomunikasikan," katanya.
Tidak hanya itu, dia juga berharap pemerintah mampu menjadi matchmaker (aktor yang mempertemukan) di tengah persoalan maraknya narasi dan kampanye intoleransi. Pemerintah harus mampu mempertemukan berbagai tokoh, pihak, serta kalangan untuk duduk bersama dan berdialog.
"Pemerintah harus lebih proaktif dan harus bisa menjadi agent of matchmaker. Jadi, dia yang mempertemukan ini, Pemerintah mempertemukan tokoh agama, semua pihak didudukkan jadi satu untuk berkomunikasi dan menjadi fasilitator," ujarnya. (Ant/S-2)
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini menuai kecaman dari umat muslim di dunia karena mengaitkan Islam dengan terorisme.
SELASA, 17 November lalu, dua anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur tewas di tangan Satuan Tugas Tinombala.
DI tengah aksi teror, warga selalu jadi korban. Di Sulawesi Tengah, yang terbaru ialah pembunuhan empat warga dan pembakaran enam rumah di lokasi transmigrasi Levono,
Wilayah Poso identik dengan serangkaian konflik yang berujung pada kericuhan.
TERORIS merupakan ancaman serius yang setiap saat dapat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara serta kepentingan nasional.
NAMANYA Muhammad Basri. Sehari-hari, ia dipanggil Bagong. Pria asal Poso, Sulawesi Tengah, itu juga dikenal sebagai tangan kanan Santoso
Sejatinya pendapat operasi syahid atau bom bunuh diri dalam konflik Palestina-Israel sudah lama dibahas para ulama sedunia. UAS hanyalah mengikuti pendapat para ulama itu.
SEMUA negara memiliki kedaulatan dan kebijakan imigrasi masing-masing. Maka Indonesia menghormati keputusan Singapura atas penolakan masuk Ustadz Abdul Somad (UAS).
Menparekraf Sandiaga Uno mengaku mengumpulkan informasi dan konfirmasi ke pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura.
Beberapa waktu lalu sempat heboh terkait pernyataan musik atau menyanyi itu haram. Hal ini pun ditanyakan Rhoma Irama kepada Ustaz Abdul Somad tentang pandangannya terkait hal itu.
Sejumlah orang berpendapat bahwa ruh atau roh dalam bahasa Indonesia bukanlah makhluk atau yang diciptakan. Pendapat tersebut dibantah banyak ulama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved