Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

WHO Ingin Negara G20 Berinvestasi pada Upaya Eliminasi TB

M. Iqbal Al Machmudi
29/3/2022 17:32
WHO Ingin Negara G20 Berinvestasi pada Upaya Eliminasi TB
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom saat melakukan konferensi pers.(AFP)

ORGANISASI Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengharapkan negara anggota G20 untuk melakukan langkah besar. Seperti, berinvestasi dalam upaya eliminasi tuberkulosis (TB), agar kehidupan masyarakat dunia lebih produktif.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyoroti investasi di bidang kesehatan, termasuk TB, akan menghasilkan manfaat yang signifikan. Itu melalui penyelamatan jiwa, tanggungan biaya perawatan kesehatan, hingga peningkatan produktivitas.

"Kami mendesak negara-negara G20 untuk berinvestasi pada alat yang lama dan baru. Untuk menyelamatkan jiwa, melindungi kesehatan, serta memungkinkan individu, keluarga, komunitas dan negara untuk berkembang," kata Tedros dalam 1st Health Working Group Side Event on Tuberculosis, Selasa (29/3).

Baca juga: WHO Setujui Dua Perawatan Baru Covid-19

Tedros menambahkan ini bukan sebuah perintah dari WHO, namun investasi untuk menciptakan masyarakat yang bebas TB. Dengan adanya masyarakat yang sehat, bisa menjadi landasan stabilitas sosial, ekonomi dan politik di suatu negara.

Mantan Menteri Luar Negeri Etiopia itu mengungkapkan bahwa salah satu tantangan utama penanganan TB ialah pembiayaan yang tidak memadai. Saat ini, anggaran eliminasi TB setiap tahun ditargetkan sekitar US$16 miliar.

Baca juga: Kokeshi Doll Sebagai Simbol Konvensi Minamata, Apa Maknanya?

"Meningkatkan pembiayaan publik domestik adalah cara yang paling berkelanjutan untuk menutup kesenjangan. Ini sebagai bagian dari perjalanan setiap negara menuju kebalikan dari cakupan kesehatan," pungkas Tedros.

Akan tetapi, negara dengan ekonomi yang lebih lemah, memiliki kapasitas fiskal yang kurang  memadai untuk memperluas pembiayaan publik. Terutama setelah dampak sosial dan ekonomi yang sangat besar dari pandemi covid-19.

"Negara-negara ini akan membutuhkan dukungan eksternal tambahan dalam jangka pendek dan menengah. Jangan lupa juga bahwa kemajuan kesehatan masyarakat bergantung pada inovasi," ungkapnya.(OL-11)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya