Fakultas Pertanian UGM Kembangkan Padi ‘Amphibi’ Gamagora

Faustinus Nua
21/3/2022 13:15
Fakultas Pertanian UGM Kembangkan Padi ‘Amphibi’ Gamagora
Ilustrasi tanaman padi(MI/Supardji R)

TIM peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah mengembangkan varietas baru padi yang disebut 'Amphibi'. Varietas baru itu juga memiliki julukan Gamagora yang merupakan kependekan dari Gama Gogo Rancah.

Ketua tim peneliti Dr. Ir. Taryono mengatakan pihaknya mengembangkan varietas baru untuk menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia. Adanya fenomena perubahan iklim global baik karena el-nino dan la-nina serta pengalihan fungsi lahan sawah ke non-sawah yang mencapai 96.512 hektare per tahun menjadi tantangan sektor pertanian Indonesia.

"Gamagora sedang dilakukan uji multilokasi sebanyak 14 lokasi di seluruh indonesia,” kata dia dalam keterangan resmi, Senin (21/3).

Menurut Taryono, padi ini tengah diuji di delapan lokasi pada sawah dan enam lokasi pada tanah tadah hujan. Kegiatan uji multilokasi untuk mendapatkan izin edar dan izin rilis varietas baru dari Kementerian Pertanian.

Anggota peneliti lainnya, Dr. Panjisakti Basunada, menuturkan uji multilokasi dilakukan untuk mendapatkan keunggulan padi ini dibanding dengan padi sejenis yang sudah ditanam di Indonesia.

“Di sini yang akan kita libatkan ada sepuluh calon, ditambah dengan empat pembanding. Dibandingkan dengan kultivar yang sudah eksis, yang disukai petani dan unggul. Paling tidak syarat kultivar bisa lulus menyamai penampilan, menyamai karater yang unggul,” ujar Panjisakti.

Sementara ini, keunggulan dari jenis padi ini bisa ditanam di lahan persawahan maupun lahan nonsawah.

“Yang kita jagokan disini padi ini selalu unggul pada sawah dan lahan kering karena itu disebut amphibi sebagai label saja agar berkesan bagi petani,” paparnya.

Baca juga: 70 Hari Bisa Dipanen, HKTI Bantu Petani Bali Tanam Padi M70

Meski memiliki potensi produksi mencapai 10 ton per hektare, padi amphibi ini tengah dilakukan uji multilokasi terhadap 10 galur harapan di 14 lokasi di 9 provinsi yang meliputi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Halmahera Utara.

“Sampai saat ini sempat kita prediksi sudah mulai kelihatan beberapa nomor sudah melihat potensi hasil (produksi) lebih tinggi di padi pembandingnya. Ada kemampuan beradaptasi dan stabilitas. Siap dirilis nasional jika bagus di semua tempat. Jika hanya satu (tempat), maka hanya kultivar satu tempat saja,” jelasnya.

Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono menyampaikan apresiasi atas hasil inovasi riset padi Gamagora yang sudah memasuki uji multilokasi. Menurutnya, padi ini memiliki potensi untuk bisa ditanam di dua lokasi area persawahan dan lahan kering. Oleh karena itu, padi ini menurutnya bisa menjadi bibit padi yang baik untuk meningkatkan produktivitas padi di Tanah Air.

“Bibit yang bagus menjadi kebutuhan bagi pertanian kita bahwa produktivitas harus kita tingkatkan per hektarenya. Saya kira minimal 10 ton per hektare sangat bagus dan dengan meningkatnya produktivitas per hektare tentu menguntungkan petani,” tutur Panut.

Rektor berharap, padi Gamagora ini selain potensial menghasilkan produksi panen per hektare yang tinggi. Namun juga memiliki keunggulan terhadap hama penyakit serta bisa lolos uji varietas dan mendapatkan izin edar.

“Saya berharap nantinya bisa dirilis dan dilepas ke masyarakat sebagai varietas unggul nasional sehingga bisa ditanam petani di penjuru tanah air. Semoga ini lekas dilepas,” pungkasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya