Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
PARA pemangku kepentingan harus memberi perhatian serius terhadap masa depan generasi penerus bangsa dari ancaman stunting di Tanah Air. Upaya yang berkelanjutan dan terukur dalam penanganan stunting sangat diperlukan.
"Pandemi Covid-19 ini memang membuat banyak pihak di berbagai sektor kehilangan fokus dalam upaya mengatasi kendala di bidangnya masing-masing. Kondisi pemenuhan gizi balita harus terus menjadi fokus penanganan agar generasi penerus bangsa terhindar dari ancaman stunting," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/3).
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan saat ini Indonesia masih memiliki angka prevalensi stunting yang tinggi, yaitu 24,4% artinya 1 dari 4 anak di Tanah Air stunting. Angka tersebut masih di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20%.
Menurut Lestari, catatan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting merupakan kondisi yang harus ditangani segera, agar berbagai potensi yang dimiliki generasi penerus bangsa dapat dikembangkan secara maksimal.
Legislator yang karib disapa Rerie ini menyebut butuh kerja sama semua pihak mulai dari masyarakat di lingkup keluarga hingga para pemangku kepentingan di tingkat pemerintah pusat. Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik bagi Balita harus terus ditingkatkan dan disosialisasikan.
Baca juga: Pemprov Banten Kerahkan 53 Ribu kader Tanggani Stunting
Sehingga, ujarnya, setiap keluarga di tanah air memahami apa yang wajib diberikan agar setiap anggota keluarganya memiliki kecukupan gizi yang baik.
Rerie, yang juga anggota Majelis Tinggi Partai NasDem, meminta para pemangku kepentingan di tanah air segera mengambil langkah-langkah yang strategis dan terukur dalam upaya menekan angka stunting di Indonesia.
Untuk mengakselerasi upaya menekan angka prevalensi stunting, Rerie menilai keterlibatan berbagai pihak dari pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas dan media sangat diperlukan.
Sehingga, diperlukan pemahaman yang sama dari berbagai pihak agar terjadi kolaborasi yang baik dalam merealisasikan generasi penerus bangsa yang memiliki kecukupan gizi yang baik.(RO/OL-5)
KEMENTERIAN Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN bersama BNI meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) di Kota Tangerang, Banten.
ANGGOTA Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai belum menunjukkan efektivitas dalam menurunkan angka stunting.
MENTERI Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Wihaji memaparkan ada 4 tantangan untuk menurunkan stunting saat ini.
Pemerintah Kota (Pemkot) Depok terus mengampanyekan zero new stunting.
Menurut Dikdik, inisiatif semacam ini merupakan bagian penting dari strategi pencegahan stunting yang harus dimulai sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun pertama anak.
Menteri sebelumnya dijadwalkan menyaksikan proses distribusi Makan Bergizi Geratis (MBG) di Posyandu Lamahora Barat II, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan dikemas dalam format talkshow, workshop, dan nonton bareng, dengan melibatkan para ibu rumah tangga sebagai peserta aktif.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Ajang Peduli Gizi 2025 kembali digelar sebagai bentuk apresiasi terhadap individu, institusi, dan pelaku industri yang dinilai telah memberikan kontribusi nyata.
Konsekuensi dari konsumsi susu berlebihan adalah anak akan merasa kenyang dan kehilangan selera untuk mengonsumsi makanan lain. Akibatnya, asupan gizi menjadi tidak seimbang.
Pemenuhan gizi yang cukup dan seimbang tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga sangat menentukan perkembangan kognitif, motorik, hingga sosial emosionalnya.
ICW menyebut program Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya menjadi program untuk menghamburkan uang negara. MBG tidak memenuhi standar gizi dan justru berpotensi menjadi pemborosan anggaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved