Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
GURU Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan ada setidaknya empat faktor yang menyebabkan seseorang mendapati hasil tes covid-19 yang berbeda-beda dalam sehari sebagaimana dialami selebritas Atiqah Hasiholan.
Keempat faktor yang menyebabkan hasil tes covid-19, baik tes antigen maupun PCR (Polymerase Chain Reaction), bisa berbeda dalam sehari, antara lain terkait jumlah virus yang ada pada pasien dan proses pengambilan sampelnya.
"Jumlah virus yang ada pada pasien. Proses pengambilan sampel, apakah memang tepat sesuai tempat yang ada jumlah virus yang memadai," kata Prof. Tjandra, Rabu (9/2).
Baca juga : Masyarakat Diminta Lakukan Tes Jika Kontak Erat dengan Pasien Covid-19
Faktor lainnya, sambung dokter yang pernah menjabat sebagai Dirjen Pengendalian Penyakit & Kepala Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan itu, adalah transportasi sampel dari tempat pengambilan ke tempat pemeriksaan, dan terakhir terkait proses pemeriksaan di laboratorium.
"Baik aspek teknik laboratorik maupun juga proses administrasi pencatatan dan pelaporan hasil," tutur Prof Tjandra.
Sebelumnya, Atiqah melalui unggahan di fitur Instagram Story mengungkapkan sempat menjalani tiga kali tes swab dalam satu hari dengan hasil PCR pertama positif, sementara berikutnya swab antigen negatif, kemudian PCR kedua negatif.
Baca juga : Satgas Pantau Akurasi Alat Uji Diagnostik Covid-19 Agar Varian Omikron tidak Meluas
Tiga hari sebelumnya, dia juga menjalani tes swab antigen dan hasilnya negatif.
Terkait hasil tes covid-19, mengutip laman Prevention, ada empat kemungkinan hasil termasuk pada tes PCR yakni benar positif, benar negatif, positif palsu, dan negatif palsu.
Benar dan salah mengacu pada keakuratan tes, sementara positif dan negatif mengacu pada hasil yang terima pasien.
Baca juga : Meski Kasus Covid-19 Turun, Testing dan Lacak Kontak Jangan Kendor
Professor di Department of Laboratory Medicine and Pathology di University of Washington School of Medicine, Geoffrey Baird menuturkan hasil positif palsu berarti seseorang telah mendapatkan hasil positif, tetapi tidak benar-benar terinfeksi virus SARS-CoV-2.
Menurut dia, tes antigen paling akurat ketika yang menjalani tes memiliki gejala, karena biasanya itu berkorelasi dengan adanya banyak virus di tubuh sehingga lebih mudah untuk dideteksi.
Tes antigen covid-19 mengharuskan pemeriksa menyeka lubang hidung pasien untuk mengumpulkan sampel, tetapi tujuannya bukan untuk mengambil lendir.
Baca juga : Testing Mandiri Covid-19 Dinilai Banyak False Negatif
"Banyak orang berpikir menggali sedalam mungkin. Itu sebenarnya dapat menyebabkan beberapa hasil positif palsu. Ingus, rambut, darah, dan tambahan lainnya dapat mengganggu kemampuan tes untuk mengidentifikasi antigen SARS-CoV-2," kata Baird.
Walau begitu, standar emas pengujian covid-19 yakni dengan tes PCR atau juga dikenal sebagai pengujian molekuler, ungkap pakar kesehatan dari Johns Hopkins Center for Health Security, Gigi Gronvall.
Namun, tes antigen bisa sama sensitifnya dengan tes PCR ketika seseorang mengalami gejala.
Baca juga : Menkes Imbau Pelaku Perjalanan Luar Negeri Segera Lakukan PCR
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan, meskipun spesifisitas tinggi dari tes antigen, hasil positif palsu bisa saja terjadi.
"Secara umum, untuk semua tes diagnostik, semakin rendah prevalensi infeksi di masyarakat, semakin tinggi proporsi hasil tes positif palsu," ungkap CDC. (Ant/OL-1)
Baca juga : Epidemiolog Minta Ada Kewajiban PCR Bagi Turis Asing yang Masuk ke Indonesia
Menkes Budi Gunadi Sadikin tes antigen mandiri (self testing) dinilai lebih banyak false negatif atau tidak akurat. Seseorang bisa dapat hasil negatif padahal sedang positif covid-19.
KEMENTERIAN Kesehatan melaporkan per 14 Desember 2023 kasus baru covid-19 bertambah 359 kasus meningkat 13% dibandingkan kemarin sehingga saat ini ada 1.499 kasus aktif covid-19.
Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) diminta untuk melakukan PCR terlebih dahulu untuk mendeteksi virus korona varian teranyar, yani EG.1 dan EG.5.
DINAS Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mempersiapkan sarana dan prasarana Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) untuk melakukan pemeriksaan PCR kasus cacar monyet (Mpox).
Pemerintah Kota Semarang juga akan melakukan tes polymerase chain reaction (PCR).
PENYAKIT yang ditetapkan menjadi pandemi memiliki sedikitnya 3 syarat dan cacar monyet tidak memilikinya.
KEMENTERIAN Kesehatan mengimbau agar masyarakat melakukan tes antigen mandiri jika mengalami gejala covid-19 baru yang disebabkan varian Arcturus.
Bioquick dan Panbio memperlihatkan kemampuan untuk mendeteksi protein SARS-CoV-2 yang dicari.
Dalam kegiatan itu, Mayapada Hospital bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung dan UPTD Puskesmas Kujangsari, bermitra dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Ia mengungkapkan, berdasarkan data yang dihimpun, dari 3.888 unit tempat tidur yang disiapkan, sejauh ini baru terpakai 184 unit
Kemenhub mengeluarkan surat edaran No 56 Tahun 2022 bahwa penumpang pesawat tidak harus melakukan swab PCR dan antigen bagi mereka yang telah divaksin dosis dua dan booster. r.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved