Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Kolaborasi dengan BRIN, Okwi Food SIap Bawa Cita Rasa Kuliner Indonesia Mendunia 

Mediaindonesia.com
20/1/2022 23:33
Kolaborasi dengan BRIN, Okwi Food SIap Bawa Cita Rasa Kuliner Indonesia Mendunia 
Kolaborasi Okwifood dengan BRIN(Dok. Okwifood)

PRESIDEN Joko Widodo telah mencanangkan Indonesia Spice Up To The World (ISUTTW) yang digadang-gadang mampu menguatkan pelaku usaha kuliner Indonesia di luar negeri. Dengan kata lain, ISTW menjadi bagian dari gastrodiplomasi untuk mengenalkan budaya kuliner Indonesia.   

Menanggapi semangat itu, Okwi Food yang dibesut oleh anak-anak muda Lampung, optimistis mampu mengambil peran sebagai pihak pengembang kuliner usaha mikro kecil menengah (UMKM). Tujuannya agar para pelaku bisnis UMKM bisa naik kelas dan berdaya saing global. 

“Kami tentunya berharap bahwa Okwi Food ini bisa menjadi wadah bagi pelaku UMKM yang menginginkan untuk beranjak naik kelas dan berobsesi ingin mengekspor produk kulinernya ke luar negeri,” ujar Ahmad Dwiyanto, CEO Okwi Food bersama sang adik, Okta Yudhi Kusuma yang juga Direktur Okwi Food selepas penandatanganan MoU Alih Fungsi Lisensi Produk Okwi Food dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

Plt Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN Mego Pinandito menjelaskan, keberadaan BRIN yang menjadi pusat riset nasional, harus dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.  

“Saya melihat Okwi Food ini serius, karena baru tiga hari saya berikan informasi sudah langsung membuat sample pengalengannya di Yogyakarta,” kata Mego. 

Mego menegaskan dengan ditandatanganinya perjanjian kerjasama antara Okwi Food dan BRIN ini membawa harapan baru bagi percepatan pengembangan UMKM yang sempat lesu akibat hantaman pandemi Covid-19. 

Okwi Food sendiri kini sudah memiliki 10 mitra maklon pengalengan kuliner yang siap membawa Indonesia dalam gastrodiplomasi di luar negeri.  

Sebagai salah satu mitra Okwi Food, Nur Cahyo sangat antusias dan memberikan apresiasi tinggi kepada BRIN yang telah memerhatikan masa depan UMKM Indonesia dengan sentuhan riset dan inovasi untuk pengembangan produk UMKM  bisa menembus dunia.  

“Saya ikut maklon kuliner di Okwi Food ini karena jelas mekanismenya, sudah bekerja sama dengan BRIN dan BPOM, dan juga telah berkolaborasi dengan BNI Ekspora. Saya berharap diaspora warga kita di luar negeri yang rindu dengan kuliner Indonesia bisa menikmati sajian kuliner kita tanpa harus pulang ke tanah air. Namun dengan kemasan kaleng yang higienis, aman, eye cacthing, berkualitas, dan halal akan dicari, dinanti, dan disukai diadpora kita di seluruh dunia," ungkap Nur Cahyo. 

Hal yang sama disampaikan Banik Yoandany, pemilik restoran Kepala Manyung Bu Fat khas Semarang. Keinginan untuk berkolaborasi menjadi kebutuhan Banik dengan Manyung Bu Fat-nya yang menjadi kuliner ikon Semarang ini berharap warisan bumbu dan masakan mangut-nya dari Ibunya, bisa juga dinikmati warga dunia. 

Baca juga : Promosikan Arsitektur Berkelanjutan, Lixil Gelar Kompetisi Desain Arsitektur

“Permintaan agar menu Kepala Manyung dan aneka ikan ini dari para pelanggan sangat banyak. Namun karena ini bumbunya mangut dan bersantan, tentunya ngga bisa tahan lama sekali pun pengiriman dalam negeri karena hanya bisa tahan 10 jam. Tapi dengan maklon ini kuliner bisa tahan hingga 1 tahun,” ujarnya. 

Meskipun sepertinya mudah, ada beberapa persyaratan yang diberikan oleh BRIN dalam rangka pengalengan produk kuliner. Semua jenis kuliner yang dimaklon tidak boleh ditambahkan MSG atau penguat rasa. Selain itu juga tidak boleh diberikan pengawet tambahan.  

Salah satu bentuk inovasi yang dilakukan BRIN dalam bentuk paten, yakni paten pengemasan dengan kaleng yang isinya beragam. Setelah menggunakan paten pengemasan maka makanan atau kuliner akan menjadi awet tanpa menggunakan bahan pengawet apa pun. 

Bahkan, lanjut Mego, hal ini berbeda dengan cara membuat bahan makanan yang hanya cukup menjadi awet saja. Jika sebelumnya orang tahunya kalau makanan dalam kaleng, misalnya daging, daging saja atau ikan, ikan saja. Tapi sekarang akan ada terobosan kuliner khas Indonesia yang sudah menjadi kuliner olahan siap saji seperti gudeg, empal gentong, mangut manyung, rawon yang berkuah serta rendang sangat mungkin untuk disajikan dalam kemasan kaleng  

Yang jelas, tegas Mego, dengan riset yang dilakukan BRIN, makanan atau kuliner khas Indonesia tidak cepat basi, tetap awet, dan tidak akan kehilangan rasa khasnya. 

“Makanan sayur dan bersantan memang gampang sekali rusak. Tapi dengan teknologi ini melalui proses pemanasan melewati suhu tertentu dengan riset yang kita miliki, nantinya akan dikalengkan dengan standarisasi yang ditentukan oleh BSN sehingga nantinya kuliner khas ini bisa dibawa dan dikirimkan kemana saja sesuai tujuan dan akan sangat praktis. Ukurannya bisa available, mau yang kecil atau besar," urainya. 

Mego berharap, suatu saat di lokapasar (marketplace) yang dijajakan adalah produk atau kuliner dari Indonesia dan bukan melulu dari luar negeri. Dia menilai pada saat pandemi dimana ada pembatasan aktivitas dan mobilitas orang, kuliner dari mana saja bisa mengkalengkan makanannya, yang isinya sama persis dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. 

“Misalnya kita Ingin makanan khas yang ada di Aceh tinggal pesan. Keaslian dari  makanan itu bisa kita rasakan seperti kita pergi ke sana. Selain itu, saya ingin produk-produk kuliner kita juga bisa dijual keluar negeri bahkan selalu dicari," ucap Mego. 

Ahmad Dwiyanto mengungkapkan esensi dan kebutuhan paten tersebut sejatinya  menjadi jawaban pihaknya sebagai UMKM yang ingin mengembangkan produk lokal ke ranah nasional, bahkan internasional. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya