Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Calon Pengantin Diimbau Tidak Merokok Selama 3 Bulan

Mohamad Farhan Zhuhri
29/12/2021 15:10
Calon Pengantin Diimbau Tidak Merokok Selama 3 Bulan
CEGAH STUNTING: Sejumlah ibu hamil melakukan senam khusus. Untuk mencegah stunting, saat pranikah diharuskan ada pemeriksaan kesehatan.(ANTARA/ ANIS EFIZUDIN)

SEBENARNYA ada banyak cara untuk mencegah pertumbuhan anak pendek (kerdil) atau stunting. Salah satunya menurut Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo  para calon pengantin pria yang masuk kategori perokok untuk berhenti merokok selama 3 bulan sebelum menikah. Tujuannya agar bayinya yang lahir kelak sehat dan terhindar stunting.

Hal itu dia kemukakan pada saat acara peluncuran  program pendampingan 3 bulan pra nikah sebagai upaya pencegahan stunting, yang diselenggarakan di Pendopo Gede, Boyolali, Jawa Tengah. Acara juga dihadiri oleh pihak  Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Bupati Boyolali.

Dalam kegiatan tersebut, sebanyak 30 calon pasangan pengantin tengah diperiksa kesehatannya diantaranya, cek darah hemoglobin, tinggi dan berat badan serta lingkar lengan calon pengantin perempuan. "Umpanya kamu diminta berhenti merokok selama 3 bulan, untuk calon bayimu, kamu oke ndak?," kata Ganjar kepada salah satu calon pengantin pria di lokasi pengecekan, dikutip dari  kanal Youtube BKKBN, Rabu (29/12). "Oke pak," jawab Basuki calon pengantin pria.

Ganjar pun berpesan kepada para calon pengantin yang sedang diperiksa kesehatannya, agar selalu menjaga kesehatan dan memahami akan bahaya memiliki keturunan yang stunting.

Guna mencegah angka kenaikan stunting tersebut  Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan saat ini perlu adanya pencegahan dini dari hulu, yakni mempersiapkan calon pengantin yang sehat 3 bulan sebelum menikah."Insyaallah kita bisa menghadang stunting ini sebelum hamil, upaya dari hulu menjadi kunci sukses penurunan angka stunting serta dukungan dari kementerian dna lembaga terkait," ujar Hasto dalam sambutan Launching Pendampingan, Konseling dan Pemeriksaan Dalam 3 Bulan Pra Nikah Sebagai Upaya Pencegahan Stunting dari Hulu, kemarin.

Menurut data yang disampaikan Hasto, setiap tahunnya ada sekitar 2 juta pasangan baru yang menikah di Indonesia. Sedangkan yang hamil ditahun pertama mencapai 1,6 juta ibu hamil dan yang stunting sekitar 400 ribu bayi Tentu ini sebuah angka yang cukup mengkhawatirkan.

"Sehari di Indonesia yang menikah ada 6 ribu, dan yang stunting pertahunnya mencapai 400 ribu. Maka  benar bahwa sebelum nikah  perlu adanya pemeriksaan seperti lingkar lengan atas, tinggi badan, berat badan kemudian HB," imbuhnya.

Sebelumnya, angka stunting secara nasional menunjukkan perbaikan dengan turunnya tren sebesar 3,3 persen dari 27.7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021.

Data ini juga disampaikan oleh Wakil Menteri Kesehatan dr. Dante Saksono Harbuwono saat acara Launching Hasil Studi Satus Gizi Balita Indonesia (SSGI) 2021 di Jakarta pada Senin lalu. “Secara umum tren status gizi membaik dari tahun ke tahun, kalau kita lihat dari tahun 2018, 2019 dan 2021 angka stunting sudah menurun sekarang menjadi 24.4 persen.” ungkap Dante.

Namun menurut Dante, dari data SSGI 2021 ini, evaluasi tetap perlu dilakukan terlebih jika angka stunted (pendek menurut usia) dikaitkan dengan angka wasted (kurus menurut tinggi badan) sesuai standar yang ditetapkan WHO, hanya Bali menjadi satu-satunya provinsi berkategori baik dengan angka stunted rendah (<= 20 persen) yakni 10.9 persen dan wasted rendah (<= 5 persen) yakni 3 persen.

Untuk provinsi dalam kategori kronik dengan angka stunted rendah dan wasted tinggi, di dalamnya terdapat 5 provinsi antara lain Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Yogyakarta. Kemudian, kategori akut dengan angka stunted tinggi dan wasted rendah adalah Bengkulu.

Sedangkan kategori terakhir, kronik dan akut terdapat 27 provinsi sisanya dengan angka stunted dan wasted tinggi. Untuk itu Dante menekankan analisis lebih lanjut terhadap faktor determinan yang berkontribusi dalam capaian status gizi di provinsi tersebut.

“Dengan demikian, kebijakan/ program di tingkat kabupaten/kota dapat lebih spesifik dilaksanakan khususnya terkait anggaran, evaluasinya dan penilaian kemajuan intervensi spesifik dan sensitif dari berbagai kementerian dan lembaga, serta pusat dan daerah ” tutup Dante. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya