Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PAKAR hidrologi dan sumber daya air dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Yanto, Ph.D mengatakan pemerintah daerah perlu menggencarkan edukasi mengenai mitigasi bencana hidrometeorologi kepada masyarakat.
"Edukasi mengenai mitigasi bencana hidrometeorologi perlu terus digencarkan dengan berbagai strategi yang tepat sasaran," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (18/10).
Dia mencontohkan ada beberapa strategi yang dapat dijalankan oleh pemerintah daerah, melalui BPBD atau instansi terkait lainnya, agar masyarakat makin memahami pentingnya berperan aktif dalam upaya mitigasi bencana hidrometeorologi. "Misalkan melalui penyebarluasan materi-materi tentang bencana hidrometeorologi dan upaya mitigasinya melalui media massa, serta bisa juga melalui flyer, brosur dan media luar ruang yang disediakan di pintu masuk kantor pemerintah, sekolah, tempat-tempat wisata, pusat perbelanjaan dan lain sebagainya," katanya.
Selain itu, kata dia, bisa juga dengan cara memasukkan kajian pengetahuan tentang bencana hidrometeorologi dan upaya mitigasinya ke dalam kurikulum pendidikan. "Bisa dimulai dari tingkat SD hingga universitas, terutama di daerah-daerah yang rawan bencana hidrometeorologi," katanya.
Dia mengatakan, pemerintah daerah melalui BPBD dan organisasi perangkat daerah terkait perlu melakukan upaya sosialisasi dan edukasi secara menyeluruh dan berkala. Dengan demikian diharapkan akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di lokasi bencana," katanya.
Untuk mendukung upaya yang dilakukan, menurut dia, maka pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di wilayah setempat. "Sinergitas dan kolaborasi dengan berbagai pihak tentu akan mengoptimalkan upaya mitigasi yang tengah dilakukan," katanya.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa upaya mitigasi dan protokol tanggap darurat saat terjadinya bencana juga harus terus disosialisasikan secara intensif kepada seluruh masyarakat. "Tujuannya adalah untuk membangun budaya sadar bencana di tengah masyarakat dan juga untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan akibat bencana. Pasalnya budaya sadar bencana sangatlah penting dan perlu menjadi gaya hidup sehari-hari," katanya. (Ant/OL-15)
Potensi kejadian bencana di Jawa Barat mulai dari banjir, tanah longsor hingga angin kencang
Mitigasi bisa menjadi upaya pencegahan sebelum terjadinya bencana.
BADAN Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) akhirnya bisa memetakan sesar aktif yang menjadi pemicu gempa bumi di Kabupaten Sumedang Jawa Barat (Jabar) pada pergantian Tahun 2024.
Gempa di Sumedang terjadi pada 31 Desember 2023 hingga Januari 2024.
Program yang dilakukan oleh Kementerian Sosial sangat tepat mengingat wilayah Garut yang rawan bencana memerlukan upaya mitigasi dari pemerintah dan masyarakat.
Hal ini dilakukan sebagai langkah kesiapsiagaan dini dan kewaspadaan jika terjadi bencana di sekitar lingkungannya
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geosofika (BMKG) memprakirakan hujan akan terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat (Jabar) dalam sepekan ke depan.
Kecamatan Cicurug dan Parungkuda di Kabupaten Sukabumi diterjang hujan deras dan angin puting beliung pada Sabtu, (9/12).
SUDAH satu pekan, banjir merendam lima desa di empat kecamatan di Kabupaten Karawang. Sebanyak 1.643 warga masih harus tinggal di pengungsian.
SEORANG warga tewas, saat tanah longsor terjadi di Kampung Cipondok, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (7/1) sore.
Masyarakat diimbau terus mewaspadai cuaca ekstrem.
Diprakirakan kondisi cuaca untuk arus mudik dan libur Lebaran pada 9-14 April 2024, cuaca berawan namun berpotensi hujan ringan dan lebat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved