Perlu Pengasuhan Bagi Anak Yatim Piatu Akibat Pandemi Covid-19

Mediaindonesia.com
10/9/2021 11:31
Perlu Pengasuhan Bagi Anak Yatim Piatu Akibat Pandemi Covid-19
Webinar yang digelar SOS Children’s Villages Indonesia dengan tema ‘Respon Kondisi Anak yang Kehilangan Orang Tua karena Covid-19’.(Ist)

HAMPIR dua tahun berlalu sejak pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, kini anak-anak yang menjadi korban utama.

Menurut penelitian The Lancet, terdapat 1,5 juta anak di seluruh dunia kehilangan orang tua karena Covid-19.

Hal ini yang menjadi pondasi utama untuk SOS Children’s Villages Indonesia bergerak mengadakan diskusi publik berupa Webinar untuk dapat menganalisis data awal dan merumuskan solusi yang tepat dan cepat dalam pemenuhan hak-hak anak yang terdampak, khususnya di bidang pengasuhan alternatif berbasis keluarga.

Acara diadakan secara virtual pada tanggal 8 September 2021 dengan mengundang seluruh elemen masyarakat yang menaruh perhatian kepada anak-anak yang kehilangan pengasuhan orang tua. 

Dalam rangkaian 49 Tahun SOS Children’s Villages Indonesia, SOS Children’s Villages Indonesia mengadakan webinar pertama dengan tema ‘Respon Kondisi Anak yang Kehilangan Orang Tua karena Covid-19’.

Mengundang narasumber Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial (Kemensos) Dr.Harry Hikmat,MSi, relawan dari Gerakan Kawal Masa Depan, Sialis Mardiasih, dan Direktur Nasional SOS Children's Villages Indonesia, Gregor Hadi Nitihardjo.

Dr Harry Hikmat sebagai pembuka dari webinar ini memaparkan beberapa hal yang telah dilakukan Kemensos, salah satunya adalah upaya pendataan. Data anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang telah dihimpun per 7 September 2021 adalah sebesar 25.202 anak.

“Anak yatim, piatu, maupun yatim piatu mengalami kondisi yang sulit. Dari sisi pengasuhan, ada risiko anak tidak ada yang mengasuh sama sekali, bahkan buruknya menjadi gelandangan. Itu yang sangat tidak kami inginkan,” ujarnya dalam keterangan pers, Jumat (10/9). 

Ia kemudian menjelaskan program ATENSI (Asistensi Rehabilitasi Sosial) yang sudah berjalan sejak 2019 dan dapat menjadi jawaban untuk kondisi sekarang ini.

ATENSI merupakan layanan rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial dan pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan sosial dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas.

“Yang sudah kami lakukan dapat disebarkan kepada masyarakat luas. Kami tahu kami belum maksimal, jadi memang diperlukan kerja sama dengan pihak-pihak lain. Sistem memang sudah ada di pemerintah, namun bukan berarti pemerintah mampu menampung atau meng-cover semuanya, kami terbuka untuk bekerja sama dengan Kawal Masa Depan ataupun SOS Children’s Villages Indonesia.” jelas Harry.

Kalis Mardiasih, selaku Relawan Kawal Masa Depan, pun menyambut ajakan kerja sama ini, “Kawal Masa Depan adalah inisiatif dari publik untuk membantu anak yatim, piatu, ataupun yatim piatu yang orang tuanya meninggal dunia karena Covid-19."

"Ini adalah respon cepat dari masyarakat ketika melihat situasi yang terjadi. Dalam hal ini tentunya kami butuh kolaborasi dari banyak pihak,” tutur Kalis.

Terdapat dua bentuk bantuan Kawal Masa Depan yaitu dalam Jangka Pendek berupa santunan uang Rp 1 juta untuk masing-masing anak yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan Jangka Panjang berupa program beasiswa dan monitoring beragam keahlian untuk anak-anak yatim.

“Perkembangan awal Kawal Masa Depan pun sangat positif,” lanjut Kalis.

Pada paparannya, terdapat lebih dari 750 anak yatim dan wali telah mendaftar untuk mendapat santunan dari KMD, lebih dari 500 orang mulai tertarik menjadi orang tua asuh dengan berdonasi rutin setiap bulan, dan terkumpul donasi dari publik mencapai Rp 1,5 Miliar dalam waktu 1 bulan.

Kalis berharap gerakan ini makin berkelanjutan sehingga diperlukan kolaborasi dengan banyak pihak, termasuk sektor swasta.

Gregor Hadi Nitihardjo selaku Direktur Nasional SOS Children's Villages Indonesia juga menyambut baik kerja sama kebaikan ini, “Kami dari SOS Children’s Villages Indonesia sebagai organisasi non-profit yang memberikan pengasuhan alternatif berbasis keluarga dan menguatkan serta mendampingi ratusan keluarga Indonesia, sangat senang bila dapat bekerja sama dan mengerjakan misi besar untuk anak Indonesia ini bersama-sama dengan banyak pihak."

"Kami ingin terus mengusahakan dan berjuang bagaimana agar semua anak tidak hidup sendirian dan tidak kehilangan kasih sayang serta hak-haknya,” kata Gregor

Menurut SOS Children’s Villages Indonesia sendiri, salah satu yang penting dalam masa pandemi ini tidak hanya semata-mata anak menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu, melainkan juga sistem keluarga menjadi lemah.

SOS Children’s Villages memiliki program Family Strengthening yang fokus ingin membantu dan mencegah anak-anak terpisah dari keluarga karena faktor apapun.

"Kami meyakini setiap anak harus dibesarkan dalam lingkungan keluarga. Walaupun tidak tinggal dengan orang tua kandungnya, namun setiap anak harus tetap merasakan adanya keluarga. Jangan sampai anak terpisah dengan keluarga," katanya.

"Ketika anak-anak sudah tidak mempunyai orang dewasa dan keluarga di dekatnya, di situlah program kami Pengasuhan Alternatif Berbasis Keluarga (PABK) akan bergerak memastikan anak tersebut mendapatkan kasih sayang selayaknya keluarga,” ujar Gregor Hadi.

Karena kepentingan hal tersebut, kini SOS Children’s Villages Indonesia sedang melakukan Rapid Assesment untuk mendapatkan data aktual anak-anak kehilangan pengasuhan orang tua.

Berfokus pada 3L yakni Look (melihat apa yang ada di lapangan), Listen (mendengar langsung dari anak), dan Link (menghubungkan kebutuhan dengan anak). (RO/OL-09)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya