Terdapat berbagai upaya untuk mengajak kembali anak yang putus sekolah akibat pernikahan, kerja, atau lainnya. Salah satunya teman dekat.
Psikolog sekaligus Direktur Akademik Sekolah Cikal, Tari Sandjojo mengatakan upaya ini bisa melalui cara berbicara kepada anak yang lebih santai/ informal dan mellaui lingkaran pertemanan.
"Mungkin approach-nya justru secara informal pada anak, dengan cara guru yang memang punya hubungan baik dengan anak selama sekolah. Selain itu, memanfaatkan lingkaran pertemanan anak, jadi temannya yang ajak bicara dan mengajaknya sekolah lagi," kata Tari saat dihubungi, Senin (30/8).
Baca juga: Ledakan Kasus Covid-19 di AS Jadi Peringatan Keras Bagi Indonesia
Namun, menurut Tari, keputusan berhenti sekolah, menikah dan bekerja adalah teritori internal keluarga. Sekolah secara legal tidak bisa memaksa anak tetap sekolah.
Tari menjelaskan anak akan mengutamakan sekolah jika memiliki pengalaman berhasil di sekolah.
Pengalaman berhasil di sekolah itu tidak hanya terkait dengan pencapaian akademis atau nilai bagus. Tapi termasuk juga hubungan baik dengan guru, punya peer group yang menyenangkan, pemahaman mengapa dia perlu sekolah dan bisa melihat kaitannya dengan masa depannya.
"Hubungan segitiga antara sekolah-orang tua-anak berjalan baik dengan komunikasi lancar. Sehingga isu apapun, semua saling update dan diskusi," ujarnya. (H-3)