Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

MUI: Maknai Kemerdekaan dengan Rasa Syukur

Mohamad Farhan Zhuhri
17/8/2021 13:20
MUI: Maknai Kemerdekaan dengan Rasa Syukur
Sejumlah pengendara melakukan hormat bendera selama tiga menit di Jalan Daan Mogot, Kota Tangerang, Banten, Selasa (17/8/2021).(ANTARA/FAUZAN)

Bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun ke-76 Republik Indonesia (RI), Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Amirsyah Tambunan menjelaskan bagaimana memaknai rasa syukur atas anugerah kemerdekaan yang telah berhasil diperjuangkan para pahlawan bangsa 76 tahun silam.

Ia menjelaskan, syukur bermakna sangat dalam. Secara bahasa makna ini dirujuk dari lafaf syukr, terdiri atas syin, kaf, dan ra’. Maknanya antara lain membuka, menampakkan, menyingkap, dan menunjukan.

Ia mengutip Ahmad Ibn Faris dalam karyanya Maqayis Al-Lughah yang mengemukakan dua makna. Pertama, pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh seseorang. Kedua, syukur bermakna penuh atau lebat.

Baca juga: Pimpin Upacara di Istana Merdeka, Presiden Kenakan Pakaian Adat Lampung

“Dua makna tersebut korelatif dengan sikap manusia yang ridha dan puas atas nikmat Allah SWT, baik banyak maupun sedikit,” ujar Buya Amirsyah dalam siaran pers MUI, Selasa (17/8).

Ia mengatakan, rakyat Indonesia wajib bersyukur atas nikmat kemerdekaan saat ini. Meskipun, masih di tengah terpaan pandemi Covid-19 yang telah memasuki tahun kedua.

Dia memberikan pesan bahwa dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan bukan hanya dibutuhkan semangat dan optimisme.

“Melainkan juga mampu memahami dan memberikan solusi terhadap permasalahan pokok yang tengah dihadapi bangsa,” jelasnya

Ia melanjutkan, ada dua permasalahan pokok yang menjadi tantangan bangsa Indonesia.

Pertama, kemandirian bangsa tengah menghadapi ujian yang cukup berat, terutama dalam memperhankan kemandirian ekonomi dari pengaruh kapitalisme dan liberalisme, yang hingga saat ini, dampaknya dirasakan masyarakat menengah ke bawah.

Kedua, pentingnya keteladanan di tengah langkanya keteladanan, miskin tuntunan di saat maraknya korupsi. Pentingnya keteladanan berkata jujur, di saat banyaknya berita fitnah, hoaks, dan adu domba.

Oleh sebab itu, Buya mengajak segenap kompenan bangsa untuk memaknai kemerdekaan dengan rasa syukur.

“Semoga Allah menambah nikmat kemerdekaan ke-76 RI. Semoga Allah menyelamatkan bangsa Indonesia dari marabahaya,” tutupnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya