Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Menikmati Surga Tanah Papua dari Kejauhan

Mediaindonesia.com
15/8/2021 12:45
Menikmati Surga Tanah Papua dari Kejauhan
Sejak awal Agustus, masyarakat Distrik Bakbop, Kabupaten Sorong, Papua, sudah mulai merasakan akses internet yang masuk ke wilayah mereka.(MI/VICKY GUSTIAWAN)

INTERNET sejatinya bukanlah barang yang eksklusif. Akses internet harus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa terkecuali, termasuk oleh saudara setanah air di bagian timur.

Sayangnya, keterbukaan akses informasi digital belum dirasakan oleh masyarakat setempat. Padahal, adat, budaya, serta keindahan alam ‘tanah surga’ Papua semestinya bisa dinikmati masyarakat luas.

Misalnya saja tradisi pelestarian adat dan budaya yang dilakukan di Kampung Malaumkarta, Sorong, Papua. Ternyata, masyarakat suku asli Moi masih terus menjaga pelestarian alam dan budaya leluhur secara berkesinambungan.

Salah satu agenda yang rutin mereka lakukan ialah upacara Egek. Secara turun temurun Suku Moi mengenal konservasi tradisional yang disebut Egek (larangan).

Prosesi Egek biasanya dimulai dengan upacara ada yang dilaksanakan pagi saat matahari belum terbit, di­pimpin oleh tetua adat yang secara kolektif memanggil dan menyebut-nyebut nama lokasi yang akan diterapkan Egek ini. Selain itu, para tetua adat juga memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta tanah dan laut yang menjadi tempat setiap orang mencari berkah hidup.

Tak ketinggalan, para tetua adat memohon kepada leluhur yang telah mewariskan berbagai hal ke generasi saat ini. Upacara adat ini kemudian ditutup dengan pemberian petuah dan sekaligus menanam tanda larang­an yang dipancang dan ditancapkan ke tanah (biasa berbentuk palang) dan diikatkan daun-daunan dan kain berwarna tertentu.

“Tujuan upacara Egek yang dilakukan setiap tahun ini tidak lain adalah memanggil para leluhur untuk memohon restu sebelum hasil Egek mereka diambil,” ungkap Ketua Konservasi Malaumkarta Raya, Roberth Kalami, dalam tayangan program Bakti Untuk Negeri di Metro TV, tadi malam.

Ia mengatakan, kebutuhan ekonomi masyarakat setempat ada di alam. Mereka bergantung pada hasil alam bukan pada hal lain. karena itulah masyarakat selalu menjaga alam mereka.

“Sudah jadi inisiatif kami dari lahir, dari orangtua untuk menjaga kearifan lokal. Jadi sudah suatu kewajiban juga untuk menjaga kelesta­rian alam,” ungkap Robeth.

Di Kampung Malaumkarta, kekayaan alam tidak hanya dari sisi kekayaan hayati. Namun, sumber daya laut di wilayah setempat juga amat melimpah.

Salah satu cara mereka untuk menjaga kelestarian sumber daya laut ialah dengan menerapkan kawasan Egek yang berjarak 3 mill dari bibir pantai. Di kawas­an tersebut, masyarakat dilarang mengambil sumber daya laut seperti tripang, siput lola, udang, lobster, dan penyu dalam jangka waktu tertentu.

“Egek dilakukan agar hasil alam terjaga, larangan ini juga menghindari ancaman dari pemanfaatan hasil alam yang salah. Misalnya dengan menggunakan bom, potasium, dan jaring,” jelas dia.

Masyarakat Papua juga terus melestarikan hasil hutan mereka. Apalagi semua tahu bahwa hutan Papua memiliki satwa endemik khas dan kekayaan alam hayati yang beragam. Biasa­nya, apabila ada masyarakat yang melanggar akan ada hukuman bagi mereka.

Selain konservasi alam dan budaya di Malaumkarta, peles­tarian hutan ekowisata pun dilakukan di wilayah Malagufuk. Di sana, bird of paradise atau yang dikenal dengan burung cenderawasih masih bisa dijumpai karena keindahan dan kelebatan hutan masih dilestarikan.

Sayangnya, dengan keindahan alam ini, keterbukaan akses informasi digital belum dirasakan oleh masyarakat setempat.

Sebagai komitmen mewujudkan inklusi digital, pemerintah tengah melakukan pemerataan akses layanan internet dan telekomunikasi ke seluruh pelosok wilayah Indonesia. Hal ini dilakukan agar internet bisa dirasakan seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Pembangunan Base Transceiver Station (BTS) terus dilakukan BAKTI Kominfo. Dua BTS sedang dibangun di Kampung Malagufuk dan Malaumkarta.

Koordinator Pembangunan BTS Distrik Makbon, Mahadi Hafas menyampaikan, pembangunan BTS saat ini sudah mencapai 70%. Masih ada beberapa perapihan dan pemasangan panel yang harus dilakukan.

Mahadi menyampaikan, dalam pembangunan BTS tidak ada kendala berarti. Hanya saja, faktor cuaca yang tidak menentu membuat pekerjaan harus beberapa kali tertunda.

Kendala lainnya adalah saat membawa material ba­ngunan di awal konstruksi. Sebab, material bangunan harus dibawa masuk dengan cara berjalan kaki sepanjang 3 kilometer.

Sejak awal Agustus, masyarakat Distrik Bakbop, Kabupaten Sorong, Papua, sudah mulai merasakan akses internet yang masuk ke wilayah mereka. Pembangunan BTS ini diharapkan bisa memberikan hal baik bagi masyarakat. Terbukanya akses internet dan layanan telekomunikasi menjadi harapan yang telah lama diimpikan untuk memperkenalkan warisan adat Egek ke seluruh penjuru negeri. (Gan/S2-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya