Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Indonesia Jadi Sumber Utama Serangan DDoS Global di Kuartal II 2025

Basuki Eka Purnama
23/7/2025 10:38
Indonesia Jadi Sumber Utama Serangan DDoS Global di Kuartal II 2025
Ilustrasi(Freepik)

CLOUDFLARE, perusahaan terkemuka di bidang konektivitas cloud dan keamanan internet, merilis laporan terbaru mengenai ancaman serangan siber Distributed Denial of Service (DDoS) global untuk kuartal kedua (Q2) 2025. 

Dalam laporan tersebut, Indonesia mencatatkan diri sebagai negara dengan jumlah sumber serangan DDoS terbanyak di dunia, menempati posisi pertama dan mengungguli negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong.

Temuan ini cukup mengkhawatirkan, mengingat peningkatan signifikan serangan DDoS secara global. 

Meski volume serangan secara keseluruhan menurun dibandingkan kuartal sebelumnya, intensitas serangan justru meningkat tajam dari tahun ke tahun. 

Cloudflare mencatat adanya lonjakan serangan hingga lebih dari 40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, termasuk salah satu serangan terbesar sepanjang sejarah, dengan skala mencapai 7,3 Tbps dan 4,8 miliar paket per detik.

Tren Serangan DDoS Global

Selama Q2 2025, Cloudflare berhasil memblokir sebanyak 7,3 juta serangan DDoS, jumlah ini memang lebih rendah dibandingkan dengan 20,5 juta serangan di Q1, namun tetap menunjukkan peningkatan sebesar 44% jika dibandingkan dengan Q2 2024.

Salah satu tren yang menonjol adalah peningkatan pada serangan DDoS berbasis HTTP. Jumlah serangan HTTP tercatat naik 9% dari kuartal sebelumnya dan melonjak 129% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan total mencapai 4,1 juta serangan. 

Di sisi lain, serangan pada lapisan jaringan (L3/L4) mengalami penurunan sebesar 81% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Indonesia di Posisi Puncak Sumber Serangan

Laporan Cloudflare menyebutkan bahwa Indonesia naik ke posisi pertama sebagai sumber utama serangan DDoS global, menggeser negara-negara lain yang sebelumnya berada di peringkat atas. 

Disusul oleh Singapura dan Hong Kong, kemudian Vietnam yang masuk ke posisi kedelapan dan Thailand di urutan ke-10.

Namun, penting dicatat bahwa kategori “sumber” serangan dalam laporan ini tidak mengacu pada lokasi fisik pelaku, melainkan menunjukkan lokasi dari node botnet, proksi, atau titik akhir VPN yang digunakan dalam serangan. 

Untuk serangan pada lapisan jaringan, ketika praktik pemalsuan IP umum terjadi, Cloudflare menggunakan sistem geolokasi paket berdasarkan lokasi pusat data pertama yang menerima dan memblokir lalu lintas mencurigakan. 

Dengan keberadaan infrastruktur Cloudflare di lebih dari 330 kota di seluruh dunia, analisis ini dianggap sangat presisi.

Target dan Industri yang Paling Rentan

Laporan ini juga menunjukkan bahwa sektor Telekomunikasi, penyedia layanan, dan operator jaringan menjadi sektor industri yang paling banyak diserang selama Q2 2025. 

Sektor Internet dan Teknologi Informasi mengikuti di belakang, sementara sektor Pertanian mencatat lonjakan signifikan, naik 38 peringkat ke posisi delapan, sebuah peningkatan yang cukup mengejutkan dan menunjukkan bahwa semua sektor kini berisiko menjadi target serangan siber.

Cloudflare menyatakan bahwa pemantauan dan mitigasi serangan DDoS secara proaktif kini menjadi kebutuhan kritis, terutama di tengah transformasi digital yang semakin cepat. 

Meningkatnya ketergantungan pada infrastruktur digital menuntut perusahaan dan institusi pemerintah untuk tidak hanya membangun sistem yang tangguh, tetapi juga mampu bereaksi cepat terhadap gangguan dari luar. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya