Guru Besar Unair: Menjaga Cagar Budaya Merawat Sejarah

Zubaedah Hanum
07/8/2021 14:05
Guru Besar Unair: Menjaga Cagar Budaya Merawat Sejarah
Kondisi cagar budaya Komplek bekas penjara Kalisosok, Surabaya, Jawa Timur, tidak terawat.(Antara)

GURU besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Prof Purnawan Basundoro mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian cagar budaya sebagai peninggalan kebudayaan masa lalu.

“Cagar budaya merupakan warisan untuk anak-cucu. Jadi bukan warisan untuk mereka yang kita beri dalam keadaan rongsokan misalnya. Justru ini adalah milik mereka yang harus kita rawat, sehingga kita bisa menghindari hal-hal yang meleset dari pengelolaan kebudayaan tidak terstandar," ucapnya dalam sebuah webinar belum lama ini, dilansir dari laman Unair.

Prof Purnawan pun sangat menyayangkan ketika kemajuan zaman kemudian berdampak pada hilangnya peninggalan kebudayaan berupa cagar budaya.  

Ia menyampaikan, lokasi cagar budaya yang strategis di tengah kota adalah alasan mengapa para investor nekat menukarnya dengan bangunan baru. Padahal, kata Profesor, seharusnya bangunan cagar budaya dapat dijadikan penanda sejarah.

“Misalnya kita mengaku bahwa umur Kota Surabaya sudah 728 tahun, tapi kita tidak memiliki bukti karena semua bangunan tua sudah dirobohkan,” jelasnya.

Oleh karena itu, sambungnya, kita harus arif untuk mengelola kelestarian cagar budaya di tengah situasi yang terus berkembang dan aspek global yang menekan. Bahkan menurutnya, justru aspek kebudayaan tersebut bisa ditawarkan kepada masyarakat global untuk memperlihatkan kekayaan kita dalam bentuk cagar budaya.   

“Jadi justru ada namanya paradoks globalisasi. Di tengah globalisasi justru kan sekarang banyak negara menawarkan aspek-aspek kelokalan. Sehingga kita harus hati-hati, jangan sampai kemudian tawaran sesaat terkait dengan isu global itu akan menghancurkan kekayaan yang bersifat lokal,” terang Prof Purnawan.

Ia mengingatkan, terdapat dua sisi dari pembangunan yang berpotensi merusak cagar budaya. Karena di sisi lain, pembangunan tersebut memang dapat melayani kepentingan wisatawan global.

“Tapi justru kontraproduktif, karena wisatawan datang ke Indonesia itu kan ingin melihat keunikan budaya yang berkembang di sini,” imbuhnya.

Prof Purnawan pun berpesan bahwa kita harus arif dalam membuat berbagai kebijakan, agar tidak menjadi fatal. Itu bisa merugikan aspek-aspek yang nilainya bersifat jangka panjang,” pungkas dekan FIB UNAIR tersebut.  (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya