Headline

Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Riset UI: Resiliensi Orang Indonesia Cenderung Rendah

Faustinus Nua
10/7/2021 16:55
Riset UI: Resiliensi Orang Indonesia Cenderung Rendah
Warga melintas di dekat mural bergambar tenaga medis dan virus korona di kawasan Bantul, DI Yogyakarta.(Antara/Andreas Fitri Atmoko.)

FAKULTAS Psikologi Universitas Indonesia (UI) melaporkan bahwa resiliensi orang Indonesia cenderung rendah. Di tengah situasi sulit atau dalam tekanan, orang Indonesia cenderung pesimis melihat masa depan.

"Secara umum, rata-rata resiliensi orang Indonesia itu tergolong rendah. Mereka cenderung tidak tahan terhadap tekanan atau rasa sakit serta cenderung pesimis melihat masa depan ketika mengalami situasi yang menekan dan membuat mereka terpukul," ujar Dr. Bagus Takwin, M.Hum, Ketua Laboratorium Cognition, Affect, & Well-Being Fakultas Psikologi UI, sebagai peneliti utama, Sabtu (10/7).

Hasil riset disampaikan pada webinar bertajuk Resiliensi di Masa Pandemi: Studi tentang Resiliensi dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental pada Orang Indonesia secara daring yang dihadiri 614 peserta. Dijelaskannya, resiliensi dapat dibangun melalui yang disebut dengan afek positif, yaitu pengalaman positif yang dialami seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain atau ketika berhasil mengatasi tantangan hidup.

"Contoh, ketika seseorang berhasil menyelesaikan sesi olahraga yang berat, ini memberikan afek positif. Ada emosi positif yang terjadi di dalam diri ketika berhasil menyelesaikan satu tantangan dalam hidup," ucapnya.

Jika dikaitkan dengan kondisi pandemi, bila situasi sulit ini terus terjadi dalam waktu lama, hal tersebut akan berdampak buruk. Kondisi resiliensi yang rendah ini dapat menyebabkan gangguan mental meningkat di masyarakat seperti sulit berkonsentrasi, tidak merasa puas dengan yang dijalani, sulit mengambil keputusan, serta sulit menyelesaikan masalah.

Kepala Lembaga Demografi UI Turro S. Wongkaren, Ph.D membeberkan bahwa resiliensi itu terdiri dari dua unsur, yaitu daya lenting  dan fleksibilitas. Menariknya, masyarakat Indonesia itu tidak punya daya lenting (bounce back) yang baik terhadap masa depan, cenderung puas dengan status quo. "Namun kita punya daya fleksibilitas (daya tahan) yang tinggi terhadap penderitaan," kata dia.

Dosen F.Psi UI Dr. S.R. Pudjiati, M.Si, Psikologi menyampaikan bahwa untuk membangun resiliensi seseorang dapat diajak untuk mengenal aspek karakteristik internal dan eskternal dirinya. Seseorang harus mengenal kekurangan dan kelebihannya (who am i?), lalu mengenal kualitas hubungannya dengan orang lain (what i have?), sehingga lalu seseorang dapat mengenali kapasitasnya dirinya secara realisitik (what i can do?). "Hal ini adalah cara-cara sederhana yang dapat dilakukan semua orang untuk membangun resiliensi," ujarnya.

 

Adapun riset ini dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan dan faktor-faktor pembentuk resiliensi serta merekomendasikan tindakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan resiliensi, kesehatan mental, dan kebahagiaan masyarakat Indonesia di tengah pandemi. "Harapan kami, hasil penelitian ini dapat menjadi suatu bahan intervensi dari berbagai stakeholders guna meningkatkan ketangguhan kita sebagai bangsa. Ini merupakan salah satu upaya dunia pendidikan. Dalam hal ini, Fakultas Psikologi UI siap membantu usaha intervensi tersebut yang  juga merupakan bagian dari layanan Fakultas Psikologi UI kepada masyarakat." ujar Dekan Fakultas Psikologi UI Dr. Tjut Rifameutia Umar Ali. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya