Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Prof.Dr.Tjandra Yoga: Pembuktian Efikasi Vaksin Covid-19 Butuh Uji Klinis

Ferdian Ananda Majni
08/7/2021 15:00
Prof.Dr.Tjandra Yoga: Pembuktian Efikasi Vaksin Covid-19 Butuh Uji Klinis
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr.Tjandra Yoga Aditama.(Dok.MI)

SEBAGIAN besar masyarakat Indonesia telah mendapatkan suntikan dosis kedua vaksinasi Covid-19 bermerek Sinovac. Namun tak sedikit dari mereka yang meragukan efektivitas vaksin tersebut sehingga berencana mendapatkan suntikan vaksin dengan mereka lain.

Seiring munculnya varian baru dan keraguan terhadap efektivitas vaksin sebelumnya, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI, Prof. Dr.Tjandra Yoga Aditama mengatakan vaksinasi pertama kali diberikan pada pertengahan Desember 2020. Oleh karena itu, vaksinasi asli Covid baru ada 6 bulan sehingga untuk mengetahui efektivitas tentunya diperlukan evaluasi berkala 1 tahun hingga 2 tahun.

"Yang ada hasil uji klinik yaitu efikasi, untuk mengetahui efektivitas di lapangan atau untuk mengetahui berapa lama antibodi bertahan tentunya harus evaluasi, 1 atau 2 tahun. Nah vaksinasi aja baru berjalan 6 bulan," kata Prof Tjandra dalam diskusi virtual Kamis (8/7).

Prof.Tjandra menyebut vaksinasi dosis ketiga baik dengan vaksin merek yang sama atau merek lain tentunya diperlukan penelitian lebih lanjut.

"Tanpa mempersoalkan vaksin Sinovac atau vaksin lainnya. Bahkan ada yang sudah vaksin dosis kedua Pfizer tetap positif Covid-19, nah itu mungkin saja. Makanya orang berpikir vaksin dosis ketiga, lebih bagus tetapi untuk itu mustinya diteliti dulu. Kita belum punya bukti penelitian yang cukup lengkap," paparnya.

Namun demikian, Prof.Tjandra tak memungkiri bahwa akhirnya akan terjadi atau kecendrungan diberikan dosis ketiga dengan vaksin yang sama atau vaksin lainnya.

"Ada juga kemungkinan yang berkembang meet and match, karena ada pendapat yang mengatakan meet and match lebih bagus, jadi kalau pertama dikasih astrazeneca kedua di kasih pfizer lebih bagus kayaknya," ujarnya.

Bahkan ada yang lebih ekstrem lagi pada waktu Eropa sedang dihantam pandemi terbesar, seperti di Inggris atau Badan Kesehatan setempat mengatakan bahwa memberikan satu dosis saja daripada tidak sama sekali dengan kondisi keterbatasan dosis vaksin.

"Kita sudah seperti ini mendingan kita kasih vaksin sekali aja, jika kita memiliki 1000 vaksin maka dua kali vaksi yang tersuntik hanya 500 orang. Atau semua divaksin meskipun hanya sekali tetapi sudah ada 1000 orang," paparnya.

Menurut Prof Tjandra, memang ada uji coba untuk vaksin dosis ketiga tapi belum ada hasil yang sepenuhnya konklusif. Bahkan dia tak menyalahkan pemahaman-pemahaman itu atau kemungkinan saja akan benar tetapi bukti ilmiah belum sepenuhnya 100% ada.

"Vaksinasi dosis ketiga ini memang suaranya lagi keras-kerasnya, baik dengan obat vaksin yang sama atau lainnya. Nah kita lihat saja perkembangan sejalan waktu, mungkin bisa saja diberikan. AstraZeneca dosis pertama dan Pfizer kedua juga cukup diminati orang dianggap lebih baik terutama mengatasi varian-varian baru," pungkasnya. (Fer/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya