Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Penderita Hipertensi Boleh Berolahraga, Asalkan...

Basuki Eka Purnama
17/6/2021 07:28
Penderita Hipertensi Boleh Berolahraga, Asalkan...
Ilustrasi(Medcom)

ORANG dengan riwayat hipertensi, seperti halnya legenda bulu tangkis nasional Markis Kido, bisa aman melakukan olahraga asalkan kondisinya terkontrol atau stabil normal dengan obat. Hal itu dikatakan dokter spesialis jantung dan pembuluh dari dari Universitas Padjadjaran, Vito A Damay.

"Untuk hipertensi yang terkontrol sebenarnya tidak apa apa. Artinya terkontrol itu stabil normal dengan obat," ujar dia melalui pesan elektronik, dikutip Kamis (17/6).

Hanya saja, terkadang penyandang hipertensi tidak sadar penyakitnya sudah menyebabkan komplikasi seperti penebalan jantung atau pembengkakan jantung.

Baca juga: Ketahui Risiko Kesehatan Duduk Lebih Dari 40 Menit

Untuk itu, Vito, yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), mengingatkan pentingnya pemeriksaan di
organ target komplikasi hipertensi seperti Elektrokardiogram (EKG), foto x-ray atau echo, laboratorium fungsi ginjal, kolesterol, gula darah, dan pemeriksaan saraf mata.

Selain itu, orang dengan hipertensi juga perlu menjaga detak jantung maksimal agar tahu olahraga yang dilakukan memenuhi tujuan atau tidak terutama untuk meningkatkan kesehatan jantung.

Cara menghitungnya yakni 220 dikurangi usia lalu dikali 60-70%, untuk mendapatkan kisaran target detak jantung intensitas sedang.

Menurut Vito, olahraga yang baik untuk kesehatan jantung adalah 60-70% dari detak jantung maksimal menurut usia. Amannya paling tinggi 85%.

"Lain halnya kalau Anda adalah seorang atlet atau ingin mencapai prestasi tertentu. Namun, hal itu juga perlu latihan bertahap dan di bawah pengawasan profesional," tutur dia.

Lebih lanjut, mengenai olahraga ekstrem yang berat dan jangka panjang berpotensi menyebabkan kerusakan otot jantung masih dalam penelitian.

Sejauh ini, studi menemukan kerusakan otot jantung dari MRI jantung terjadi pada sebagian kecil orang yang melakukan olahraga ekstrem berat
jangka panjang.

Walau begitu, sebagian besar orang tidak melakukan olahraga seperti ini dan batasan olahraga ekstrem berat jangka panjang itu sangat sulit dicapai kebanyakan orang.

Vito berpesan, apakah Anda atlet, pegiat olahraga, atau bukan keduanya, sebaiknya bijak dalam menentukan intensitas olahraga Anda. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya