Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ADA beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi tes covid-19. Hal ini diungkap oleh Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman Institute Amin Soebandrio dalam diskusi virtual. Mulai dari kualitas alat hingga teknik menguji sampel di laboratorium.
"Kalau hasil tes false (keliru) negatif, jangan salahkan kit, bisa jadi cara ambil (sampel) nya (yang salah)," kata Amin, Sabtu (5/6).
Amin menyebut pengambilan sampel lewat hidung harus betul-betul dikorek hingga bagian belakang. Namun, ada kalanya tenaga kesehatan kurang memahami hal itu atau terlalu lelah sehingga tidak mengorek sampai dalam.
Langkah berikutnya, yakni membawa sampel untuk diperiksa. Amin mengatakan pemeriksaan sampel dari tes swab antigen memang bisa langsung dikerjakan di tempat tes. Namun sampel dari tes polymerase chain reaction (PCR) harus dibawa ke laboratorium.
"Bagaimana membawa sampel ke laboratorium dengan memastikan kualitasnya tidak berubah," papar Amin.
Amin mengatakan ada alat bernama virus transport medium (VTM) yang khusus untuk membawa virus. Kelebihan alat itu ialah menjaga virus tetap hidup dan tidak rusak sampai ke laboratorium. Sejatinya, sampel di VTM langsung diperiksa setelah sampai laboratorium.
Namun kenyataannya tidak semudah itu lantaran sampel dikirim dari seluruh Indonesia.
"Dari Jakarta, Banten, mungkin dekat tapi dari Papua, Kalimantan, bayangkan berapa hari sebelum sampel sampai laboratorium," tutur Amin.
Baca juga: Siap Gantikan Antigen, Akurasi GeNose 97% dan Lebih Murah
Amin mengatakan kendala berikutnya adalah keterampilan peneliti menguji sampel. Mereka harus menambahkan enzim tertentu untuk dengan ukuran sangat kecil yaitu satu hingga dua mikroliter.
"Kalau tidak terlatih bisa menimbulkan kesalahan dan dampaknya sangat besar," jelas dia.
Faktor berikutnya, yakni kemungkinan kontaminasi di laboratorium. Amin mencontohkan ada sebuah laboratorium yang mengecek sampel dan semuanya dinyatakan positif covid. Sampel itu dibawa ke laboratorium lain untuk diverifikasi hasilnya. Ternyata, sampel menunjukkan hasil negatif.
"Ternyata di ruangan itu terjadi kontaminasi sangat masif sehingga laboratorium harus ditutup," tutur Amin.
Amin menuturkan faktor lainnya adalah kualitas alat tes covid-19. Hal itu biasa terjadi bila kualitas kontrol dan pabriknya kurang maksimal.
"Misalnya di Amerika Serikat ada alat tes sudah ada virusnya di situ. Itu sangat merugikan pasien," pungkasnya.(OL-5)
"Kita tidak boleh menganggap ini metode pencegahan. Itu anggapan yang keliru. Karena kalau masih sehat gak perlu dikasih apa-apa."
Vaksin itu dikembangkan BUMN PT Bio Farma yang bekerjasama dengan perusahaan asal Tiongkok.
Indonesia akan menciptakan vaksin covid-19 secara mandiri. Secara virologi covid-19 yang ada di Indonesia merupakan keturunan dari Wuhan namun ada perbedaan yang spesifik
Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 dibentuk sebagai respons penanggulangan virus corona yang penularannya sangat cepat dan luas.
WHO lewat Scientific Brief (rangkuman ilmiah) yang diperbarui, Kamis (9/7), memaparkan beberapa kemungkinan covid-19 menular lewat udara.
Mesin ini dapat membantu Indonesia mencapai target tes WHO yaitu 1% per populasi penduduk.
Barcelona bersikeras tidak akan membuka negosiasi untuk melepas sang megabintang Lionel Messi sebelum kontraknya berakhir pada Juni tahun depan.
Manajer Palace Ror Hodgson mengatakan, hasil tes Covid-19 Ayew keluar pada Jumat (16/10) usai Ayew membela tim nasional Ghana.
Saat ini, dia menjalani isolasi mandiri di Kota Belo Horizonte, tanpa mengalami gejala berat. Tahun ini menjadi ujian terberat bagi Ronaldinho, yang sempat dipenjara bersama sang adik.
Para komisioner KPU daerah, para komisioner Bawaslu daerah, dan pasangan calon kepala daerah, diperiksa, baik, dengan rapit test ataupun dengan swab test.
PENGAWAS Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan menjalani rapid test untuk deteksi adanya penyebaran virus Covid-19.
Kapasitas tes di Jakarta setiap pekan lebih dari enam kali lipat standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 1 orang per 1.000 populasi dalam setiap minggu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved