Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
EPIDEMIOLOG memprediksi akan terjadi lonjakan kasus covid-19 di Indonesia pada 2 hingga 3 bulan mendatang. Hal tersebut disebabkan berbagai hal, mulai dari peningkatan mobilitas masyarakat, adanya varian baru yang lebih cepat menyebar, hingga angka testing yang rendah.
"Saat ini memang sudah ada peningkatan kasus, tapi ini belum yang terburuk. Ada faktor kecepatan B117, tapi ini belum pada level optimalnya. Ditambah lagi varian baru dari India. Efeknya akan terlihat 2 hingga 3 bulan lagi. Ini adalah alarm bagi kita," kata Epidemiolog Dicky Budiman kepada Media Indonesia, Selasa (11/5).
Buruknya, lanjut Dicky, angka testing di Indonesia sangat rendah. Sehingga sangat sulit bagi pemerintah menemukan sumber infeksi di masyarakat.
Baca juga: Sandiaga : Yang Abai Prokes, Kita Potret Lalu Viralkan!
"Dengan rendahnya angka testing dan saat ini dengan mobilitas masyarakat yang tinggi, membuat mereka berisiko besar terekspos dan mengekspos covid-19. Inilah yang akan menjadi cikal bakal super spreader," beber Dicky.
Untuk itu, ia mewanti-wanti pemerintah agar melakukan persiapan antisipasi lonjakan kasus dari sekarang. Persiapan tersebut dapat dilakukan mulai dari penguatan surveilans di masyarakat, penguatan sistem kesehatan di fasilitas kesehatan, dan penguatan sistem rujukan.
"Saya prediksi 2-3 bulan lagi paling tidak akan mengalami hal kritis. Ini harus disiapkan sistem rujukan yang efektif efisien sehingga tidak menumpuk di satu RS," ucapnya.
Selain itu, penguatan strategi komunikas risiko juga perlu ditingkatkan. Edukasi kepada masyarakat terkait penerapan 5M tidak boleh putus dan menggunakan narasi yang konsisten.
"Selain itu, respon penguatan dalam negeri harus diimbangi dengan penguatan di pintu masuk negara. Karena kita harus ingat bahwa virus ini dibawa masuk oleh manusia," pungkas Dicky. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved