Senator: Mas Nadiem Tidak Memiliki Wawasan Filosofi dan Sejarah

Mediaindonesia.com
21/4/2021 03:30
Senator: Mas Nadiem Tidak Memiliki Wawasan Filosofi dan Sejarah
Abdul Rachman Thaha, anggota Komite I DPD RI(dok.mi)

Menteri Nadiem Makarim dinilai tidak memiliki wawasan filosofi dan sejarah yang memadai dalam memimpin Kementerian Pendidikan Nasional selama ini.

Demikian disampaikan Senator Abdul Rachman Thaha, anggota Komite I DPD RI, dalam keterangan tertulisnya, yang diterima redaksi, Rabu (21/4)

Abdul Rachman Thaha mengaku kekhawatirannya semakin kuat bahwa Indonesia kian nyata mau dibawa ke era abai sejarah dan sekulerisme. Beruntun masyarakat dipertontonkan kecenderungan itu. Sebelumnya tentang peniadaan pendidikan agama. Lalu larangan bahkan terhadap sebatas  imbauan bagi siswa sekolah negeri untuk mengenakan busana sesuai ajaran agamanya.

Lebih lebar lagi, ungkap anak guru ngaji ini, perlakuan hukum yang diskriminatif terkait protokol kesehatan di masa pandemi. Juga, pemerasan Pancasila menjadi Ekasila, menunggangi pernyataan Bung Karno yang saya perkirakan lebih untuk menafikan sila pertama Pancasila.

"Sekarang, hilangnya nama KH. Hashim Asyari dari buku sejarah. Kalaulah dianggap semua itu adalah kebetulan, pertanyaannya adalah mengapa semua kebetulan itu punya benang merah," ujar dia.

Menurut Thaha, spesifik Nadiem Makarim, dalam catatannya memiliki torehan positif. Misalnya terkait critical thinking, creativity, communication, dan collaboration. Tapi Nadiem tak punya wawasan filosofi dan sejarah yang meyakinkan dalam cakrawala berpikirnya.

"Kendali kepempimpinannya juga rapuh. Hasilnya adalah muatan pendidikan yang mengarah pada materialisme gersang. Kebermaknaan hidup menjadi terkunci pada measurable, numeric productivity. Itu, jelas, bukan bangunan pendidikan yang kita idam-idamkan," tegasnya.

Karena itu, diringa mengaku waswas bahwa dunia pendidikan nasional semakin kritis. Setelah dibekap pandemi, orang nomor satu di kementerian pendidikan juga terlalu--maaf--yunior untuk mengurusi salah satu dimensi kehidupan yang paling fundamental.

"Saya enggan kaitkan itu ke isu reshuffle kabinet. Yang paling pokok adalah Presiden Jokowi sesungguhnya ingin meng-apa-kan anak-anak didik, guru, dan para pelaku pendidikan kita melalui tangan Menteri Nadiem. Kalau apa yang Menteri Nadiem lakukan--baik sengaja maupun tidak--adalah refleksi alam berpikir Presiden terkait dunia pendidikan kita, ini masalah serius. Sangat serius," tandasnya. (OL-13)

Baca Juga: Begini Aturan Baru saat Sekolah Tatap Muka Dimulai



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya