Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
DINAS Pendidikan Banyumas, Jawa Tengah, mengungkapkan faktor utama yang menyebabkan tingginya angka anak putus sekolah di wilayahnya. Ternyata bukan lagi semata persoalan ekonomi, melainkan karena pragmatisme dan minimnya motivasi belajar.
Kepala Dinas Pendidikan Banyumas Joko Wiyono mengatakan hingga saat ini terdapat sekitar 13.700 anak yang putus sekolah di daerah tersebut. Alih-alih bersekolah, mayoritas memilih berhenti sekolah lantaran terlibat dalam kesibukan lain yang dianggap lebih menguntungkan secara finansial.
“Masyarakat ada yang berpikir pragmatis, jika sudah bisa cari uang, tidak perlu sekolah,” ujarnya di Purwokerto, Rabu (20/8).
Menurut Joko, selama ini faktor ekonomi dianggap sebagai hambatan utama, namun kondisi kini telah berubah berkat keberadaan program bantuan pemerintah seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Indonesia Pintar (PIP), dan Kartu Banyumas Pintar yang membantu meringankan beban biaya pendidikan.
“Faktor ekonomi saat ini tidak lagi menjadi penghambat utama karena program-program tersebut sudah tersedia,” tambahnya.
Untuk mengatasi persoalan putus sekolah, Dinas Pendidikan Banyumas mengambil langkah inovatif dengan mendorong pemanfaatan pendidikan alternatif melalui lembaga nonformal, yakni Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Lembaga ini menawarkan sistem pembelajaran yang fleksibel, menyesuaikan jadwal anak yang memiliki kesibukan lain dengan pilihan kelas pagi, siang, atau malam.
“Kalau memang tidak berminat di sekolah formal, bisa ke nonformal, yaitu PKBM,” terang Joko.
Ia menilai pendekatan fleksibel ini lebih efektif dalam mengubah pola pikir masyarakat yang sudah pragmatis terkait pendidikan. “Yang perlu kita ubah itu mentalnya. Kalau mereka sudah bisa pegang uang, bisa beli beras, sudah cukup,” ungkapnya.
Dindik Banyumas pun berkomitmen untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan melalui berbagai jalur, baik formal maupun nonformal, demi menekan angka putus sekolah di wilayahnya.
TEKAN angka putus sekolah dengan berbagai upaya yang mempermudah masyarakat untuk mengakses layanan pendidikan.
Menurut Yudistira, pemerintah saat ini sedang menyusun regulasi khusus untuk menangani anak yang tidak sekolah dan anak yang rentan putus sekolah.
HUJAN deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Purbalingga dan Banyumas, Jawa Tengah, mengakibatan sejumlah bencana pada Minggu malam (3/8).
Kolaborasi lintas institusi ini difokuskan pada pemberdayaan pelaku pascaperkara melalui pelatihan keterampilan, pendampingan, serta fasilitasi penempatan kerja.
Ayah dan anak balitanya ditemukan meninggal dunia setelah terjatuh ke dalam sumur tua di Desa Pejogol, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Tiap pelaku UMKM menerima bantuan senilai Rp5 juta dalam bentuk barang, seperti rak display serta komoditas pangan berupa beras, gula, dan minyak goreng.
Potensi cuaca ekstrem di 13 daerah di Jawa Tengah berlangsung hingga Selasa (8/7) yakni Banyumas hingga Salatiga,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved