Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Langkah Antisipatif untuk Cegah Korban Bencana Alam di Masa Depan

Mediaindonesia.com
12/4/2021 17:53
Langkah Antisipatif untuk Cegah Korban Bencana Alam di Masa Depan
Foto udara kondisi permukiman Desa Nelelamadike pascabencana tanah longsor di Ile Boleng, Flores Timur, NTT, Kamis (8/4).(Antara/Aditya Pradana Putra.)

RENTETAN bencana alam yang terjadi di Tanah Air harus segera diantisipasi dengan upaya evaluasi dan penataan ruang kembali di wilayah-wilayah rawan bencana. Ini untuk menghindari jatuhnya korban lebih banyak saat terjadi bencana alam.

"Wilayah Indonesia memang dikelilingi oleh rangkaian gunung berapi dan sejumlah lempeng tektonik yang menyebabkan sejumlah wilayah menjadi rawan bencana," kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/4). Secara geografis, ungkap Lestari, Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudra. Posisi tersebut menjadikan Indonesia dilewati oleh tiga jalur lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.

Pergerakan lempeng tersebut dan aktivitas gunung berapi, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, berpotensi menimbulkan bencana alam di sejumlah wilayah. Bencana alam di Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat badai Seroja yang meluluhlantakkan sebagian besar kabupaten beberapa waktu lalu, ungkap Rerie, berdasarkan sejumlah pakar salah satunya disebabkan posisi geografis Indonesia yang diapit benua Asia dan Australia serta dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Sejumlah kondisi geografis yang berpotensi menyebabkan bencana alam di Indonesia, menurut anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, harus disikapi secara serius dengan penataan ulang sejumlah wilayah rawan bencana di Indonesia. Langkah penataan ulang tersebut, ujar Rerie, juga harus diikuti upaya rekayasa teknik atau bahkan relokasi hunian-hunian yang berada di wilayah rawan bencana.

 Data per Sabtu (10/4) Pemerintah Provinsi NTT menyebutkan akumulasi dari seluruh kabupaten dan kota di NTT yang terkena banjir, longsor, dan badai Seroja tercatat 175 orang tewas, 45 hilang, dan 24.645 rumah rusak. Sedangkan gempa bumi dengan magnitudo 6,1 yang mengguncang wilayah selatan Malang, Jawa Timur, berdasarkan laporan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Minggu (11/4), mengakibatkan 507 rumah rusak dan delapan orang meninggal.

Selain itu sejumlah rumah sakit dan puskesmas di sejumlah kabupaten di Jawa Timur juga mengalami kerusakan. Menurut Rerie, sejumlah korban jiwa dan kerusakan bangunan yang disebabkan bencana alam tersebut harus menjadi bahan evaluasi, sehingga bisa digunakan sebagai dasar mengambil langkah untuk pencegahan timbulnya korban pada sejumlah bencana yang diperkirakan terjadi di masa datang.

Kecepatan sosialisasi informasi terkait bencana alam juga harus terus diupayakan, sehingga masyarakat memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai upaya antisipasi. Langkah-langkah antisipatif, ujar Rerie, dalam menghadapi bencana alam di negara yang dikelilingi fenomena alam yang berpotensi menimbulkan bencana, seperti Indonesia, harus terus didorong untuk menghindari munculnya korban dalam setiap bencana. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya