Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
SIAPA tak kenal dengan Butet Manurung, sang penggagas Sokola Rimba? Sokola Rimba menjadi lembaga pertama di Indonesia yang memfokuskan diri pada pendidikan bagi masyarakat adat dan memberikan manfaat kepada lebih dari 15.000 masyarakat adat untuk bisa mengenyam pendidikan formal.
Berdiri sejak 2003, Sokola Rimba merupakan konsep pendidikan bagi masyarakat adat atau suku terpencil di Indonesia. Sokola Rimba yang telah berganti nama menjadi Sokola Institut sudah merintis hingga 17 program di seluruh Indonesia.
Di lembaga ini juga, para relawan guru dituntut menjunjung tinggi keahlian sebagai antropolog. Butet mengakui tadinya ia emoh dengan hal-hal berbau sejarah, apalagi menyelami dunia antropologi. Benar-benar tidak kepikiran.
Saat SMA, dikisahkan Butet, fisika dan matematika menjadi pelajaran yang disukainya. Sedangkan pelajaran yang paling tidak disukai adalah sejarah. Namun, saat kuliah ia justru mendaftar ke program studi Antropologi FISIP Universitas Padjajaran, Bandung, pada 1991 silam.
“Nilai sejarah saya merah di ijazah SMA. Lalu kemudian saya masuk Antropologi. Lucu, karena antropologi adalah cabang dari ilmu sejarah,” tulis perempuan bernama lengkap Saur Marlina Manurung itu seperti dilansir dari laman Universitas Padjajaran, Rabu (10/3).
Tiga tahun kuliah Antropologi, Butet ikut ujian masuk PTN (saat itu bernama UMPTN) dan lolos masuk program studi Sastra Indonesia Unpad. Sejak saat itu, Butet Manurung kuliah di dua program studi. Keduanya lulus, meskipun terseok.
Selain menyenangi matematika, Butet kecil juga menyenangi alam bebas. Idolanya adalah tokoh fiksi doktor Henry Walton Jones, Jr, atau dikenal dengan sebutan Indiana Jones, tokoh utama dalam film petualangan Hollywood yang dibintangi Harrison Ford.
Jones merupakan seorang profesor arkeolog yang gemar bertualang ke alam bebas dan membantu komunitas adat untuk mempertahankan diri. Tokoh inilah yang kemudian mengilhami Butet untuk memiliki cita-cita bekerja di tengah rimba.
“Sejak kecil saya bercita-cita ingin bekerja di tengah hutan, gunung atau apa saja yang penting di tengah alam. Saya sangat takut bekerja di dalam kantor dan duduk melulu,” kenang Butet.
Selama kuliah di Unpad, Butet Manurung aktif berkegiatan di UKM Pencinta Alam Palawa Unpad. Ia banyak melakukan ekspedisi. Mulai dari penelusuran dan pemetaan gua bersama tim putri di Sulawesi Selatan, mendaki Puncak Jayawijaya, hingga sederet aktivitas alam bebas lainnya.
Saking seringnya berkegiatan alam bebas menyebabkan kuliahnya tertunda. Butet merampungkan studi di Antropologi Unpad pada 1998. Di tahun itu, ia juga tengah menyusun skripsinya di Sastra Indonesia Unpad.
Ketiga aktivitasnya, baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, selama berkuliah di Unpad dirasakan betul membentuk kepribadian dan kompetensi Butet Manurung.
Otot, otak, hati
Lulus menjadi Sarjana Antropologi, Butet bekerja sebagai asisten peneliti di Pusat Studi Wanita Unpad. Ia juga menjajal pekerjaan sebagai pemandu di taman nasional, utamanya mendampingi para biolog maupun ilmuwan yang datang ke hutan.
Dalam perjalanannya, ia merasa kurang sreg. Butet lalu mengundurkan diri sebagai pemandu. Suatu hari, ia melihat lowongan di surat kabar dari salah satu LSM yang bergerak di bidang konservasi di Jambi. Lembaga tersebut membutuhkan antropolog untuk menjadi fasilitator pendidikan pada komunitas Orang Rimba, atau komunitas peburu-peramu yang hidupnya nomaden (berpindah-pindah).
Melihat iklan lowongan tersebut, Butet langsung jatuh hati. Baginya, pekerjaan ini adalah pekerjaan yang sempurna. Gayung bersambut, ia pun diterima bekerja di sana pada 1999.
“Buat saya pekerjaan sempurna itu melibatkan otot, otak dan hati. Tidak boleh ada yang ketinggalan,” ungkapnya.
Butet Manurung langsung terjun ke hutan, menemui para Orang Rimba. Ia melakukan pendekatan dan penelitian untuk lebih memahami kebutuhan mereka. Dibutuhkan kurang lebih 7 bulan hingga Orang Rimba mau menerima dan akrab dengan kehadirannya.
Di lokasi kerjanya, ada 12 kelompok adat yang tersebar di area hutan seluas 60 ribu hektar tersebut. Perjalanan dari satu sisi ke sisi lain membutuhkan waktu 4 hari. Ia kunjungi satu persatu kelompok masyarakat adat tersebut.
“Saya kunjungi satu-satu. Dan satu persatu pun menolak saya," ujarnya.
Namun, pengalaman Butet di Palawa Unpad memberi kemampuan tinggi dalam hidup di tengah rimba. Pengalaman ini juga membuatnya kuat, tidak mudah menyerah.
Butet Manurung belajar keras bahasa mereka sebagai kunci untuk berkomunikasi. Tidak hanya itu, Butet pun menggunakan sandang dan hidup layaknya kebiasaan mereka. Memakai sarung berkemban, ikut berburu dan memakan apa saja yang mereka makan. Mulai dari kancil, landak, ular, hingga kelelawar.
Kegigihan Butet terbayar sudah. Ia berhasil mendekati Orang Rimba dan menjadi pengajar bagi masyarakat adat tersebut. Beruntung, pengalaman studi di Sastra Indonesia Unpad memberikan bekal baginya.
Metode silabel
Meski bukan berlatar belakang sebagai guru, pengalaman Butet akan ilmu linguistik dan menulis sangat berguna untuk menyusun bahan ajar di rimba. Ia bahkan menemukan metode baca-tulis yang disebut Silabel. Metode ini memungkinkan seorang anak bisa membaca dalam waktu dua minggu saja.
Seiring melanglangbuananya Sokola Institute, metode ini sudah diterapkan di seluruh wilayah di Indonesia dengan mengalami penyesuaian sesuai dengan fonologi setempat.
Ilmu antropologi benar-benar mengubah hidup Butet. Dari yang tadinya sebal menjadi cinta. Butet pun mengambil hikmah dari perjalanan hidupnya itu.
“Saya sangat mencintai Antropologi. Menurut saya upaya kita mengenal budaya orang lain, justru membantu kita lebih mengenal diri sendiri. Ibarat kita kalau ke luar negeri, malahan kita semakin cinta Tanah Air kita, begitu kira-kira,” pungkasnya.
Pada 2013, kisah Butet Manurung itu diangkat ke layar lebar berjudul Sokola Rimba. Aktris Prisia Nasution didapuk untuk merepresentasikan Butet Manurung dalam film tersebut di bawah arahan sutradara Riri Riza. (H-2)
KOMISI XII DPR RI menyoroti secara serius dampak krisis ekologi akibat aktivitas pertambangan batu bara di Provinsi Jambi, terutama kelalaian reklamasi pascatambang oleh perusahaan
Seperti diberitakan, tauke ilegal drilling Iyan Kincai merupakan buronan Polda Jambi semenjak Agustus 2024, dalam dugaan terlibat kejahatan serupa.
Pelaku menyebut korban adalah kekasihnya, yang terikat hubungan asmara sesama jenis sejak empat tahun lalu.
Seminar ini fokus pada keamanan, pengelolaan, pengolahan, dan penyajian makanan yang higienis di lingkungan kerja.
SEMANGAT kebersamaan untuk mendukung program ketahanan pangan yang digerakkan Polda Jambi kian menggaung ke pelosok kabupaten kota di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, Provinsi Jambi.
Penangkapan terhadap preman berkedok wartawan tersebut atas laporan tiga kepala desa di Pemerintahan Kota Sungai Penuh (yang masuk wilayah hukum Polres Kerinci).
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menggelar rangkaian kegiatan strategis dalam rangka penguatan literasi dan sastra, serta revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah.
Aprinus mencontohkan, beberapa karya yang kandungan SARA, yakni pada novel Salah Asuhan yang pada draf awalnya disebut menyinggung ras Barat (Belanda).
Sastra sebagai suatu ekspresi seni berpeluang mempersoalkan berbagai peristiwa di dunia nyata, salah satunya adalah persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dedikasi Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda.
Dengan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke 42 bahasa, Pramoedya Ananta Toer adalah lambang harapan, perlawanan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggagas Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved