Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Pandemi Jadi Tantangan Pelayanan Kesehatan Bagi Penderita Kanker

Faustinus Nua
03/2/2021 22:21
Pandemi Jadi Tantangan Pelayanan Kesehatan Bagi Penderita Kanker
Ilustrasi kanker(Ilustrasi)

PANDEMI Covid-19 yang berawal sejak Maret 2020 di Indonesia telah menjadi tantangan berat pelayanan kesehatan bagi penderita kanker. Baik upaya pencegahan maupun pengobatan kanker harus terhambat lantaran fasilitas kesehatan seperti rumah sakit masih dipenuhi pendertia Covid-19.

Principal Investigator Stem Cell and Cancer Institute Ahmad Rusdan Handoyo mengungkapkan, penderita kanker di Tanah Air terbanyak adalah kanker serviks dan kanker payudara. Bahkan sebelum pandemi, kedua penyakit kanker itu belum bisa dikendalikan. Padahal di negara-negara maju, khususnya kanker serviks sudah bisa dekendalikan dengan skrining dan vaksin.

"Ini menjadi tantangan karena targetnya (pengendalian kanker) lumayan tinggi, kita ini (sebelum pandemi) masih 20/1000 kasus. Sementara targetnya (WHO) di bawah 5/100000, dan ini kuncinya skrining dan vaksin," ujarnya kepada Media Indonesai, Rabu (3/2).

Angka itu diperkirakan semakin rendah dengan adanya pandemi. Mengingat skrining dan vaksin sebagai tindakan pencegahan awal tidak bisa berjalan maksimal. 

"Kalau kita bicara skining di tengah pandemi susah karena skiring yang konvensional itu wanita harus datang ke faskes agar bisa diperiksa dokter kandungan atau bidan. Nah cuman sekarang faskes banyak pelayanan covid, jadi masyarakat juga kan agak ragu untuk datang," imbuhnya.

Untuk vaksin, kendala di Indonesia sudah muncul sebelum adanya pandemi. Indonesia belum memberlakukan vaksinasi nasional kanker, sehingga masih sedikit kelompok masyarakat yang menerima vaksin.

Di samping itu, harga vaksin sendiri dinilai masih cukup mahal. Vaksin tersebut pun efektif diberikan kepada wanita usia muda antara 12-17 tahun. Apalagi, adanya stigma masyarakat yang memang menjadi tantangan pencegahan penyakit kanker khususnya kanker serviks.

"Itu tantangan pertama karena dampaknya tidak dilihat sekarang tapi mungkin 5 tahun ke depan dari adanya covid ini," tambahnya.

Baca juga : Perawatan Kulit bukan Monopoli Perempuan

Terkait pengobatan kanker, Rusdan mengatakan banyak penderita kanker yang terpaksa menunda. Tingginya lonjakan kasus Covid-19 membuat pelayanan kesehatan lebih berfokus pada pasien Covid-19.

Selain itu, penderita kanker juga menjadi kelompok masyarakat yang rentan terinfeksi. Sehingga, untuk menjalankan pengobatan dan terapi di rumah sakit yang banyak pesien Covid-19 saat ini dinilai bukan lagi pilihan terbaik bagi mereka.

"Kalau pasien kanker itu kan imunitas mereka menurun, jadi risiko tertular covid itu ternyata lumayan tinggi," terang Rusdan.

Dijelaskannya, masalah tersebut kemudian membuat pasien kanker lebih memilih pengobatan alternatif. Bila pengobatan alternatif tidak berhasil dan mereka harus kembali kepada dokter, justru penanganannya sudah terlambat.

Menurutnya, penanganan kanker harus dilakukan cepat dan segera. Pengobatan pada tahap atau stadium awal akan lebih membantu ketimbang dilakukan pada stadium yang sudah berat.

"Orang sudah kena kanker itu kan mereka harus secepat mungkin diobati. Karena inti dari kanker ini semakin cepat dia diobati, semakin awal stadiumnya semakin mudah penanganannya," jelas dia.

Rusdan menambahkan, selama ini yang menjadi masalah juga terkait pendataan pasien. Hal itu masih menjadi pekerjaan rumah Kementerian Kesehatan, mengingat adanya data yang lengkap akan turut membatu penanganan pasien kanker mulai dari penelitian hingga pengobatan.

Meski di tengah krisis pandemi, dia berharap pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat tetap memperhatikan risiko penyakit kanker. Pelayanan kesehatan bagi penderita kanker seharusnya bisa tetap dilakukan selama pandemi dengan mematuhi protokol keshatan agar pasien tidak tertular Covid-19.(OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya