Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Gejala Baru Korona, setelah Anosmia Muncul Parosmia

Zubaedah Hanum
08/1/2021 08:05
Gejala Baru Korona, setelah Anosmia Muncul Parosmia
Menghirup cengkih 20 detik setiap hari dapat memulihkan kembali indra penciuman pasien covid-19 yang mengalami anosmia dan parosmia.(Antara)

DI awal pandemi, sejumlah orang yang terinfeksi covid-19 melaporkan kehilangan indra penciuman dan perasanya secara tiba-tiba atau anosmia. Mereka tidak bisa mencium aroma apa pun, baik aroma bunga atau parfum maupun bau tidak sedap seperti bau busuk dan bau amis.

Kondisi sebaliknya dilaporkan pasien covid-19 belakangan ini. Mereka mengalami gangguan penciuman karena tetiba mencium bau ikan yang kuat, sulfur dan bau manis yang tidak enak. Ahli menyebut gangguan ini sebagai parosmia atau distorsi penciuman. Anosmia dan parosmia, keduanya sama-sama menyerang indra penciuman. Keluhan parosmia dilaporkan terjadi pada anak muda dan para petugas kesehatan.

Ahli bedah telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) dari Inggris, Profesor Nirmal Kumar, menyebut gejala tersebut sangat aneh dan sangat unik. Prof Kumar, yang juga presiden THT Inggris, merupakan salah satu tenaga medis pertama yang mengidentifikasi anosmia sebagai indikator virus korona pada Maret silam sebelum ditetapkan sebagai salah satu gejala covid-19.

Saat ini ia juga mencatat bahwa di antara ribuan pasien yang dirawat karena anosmia jangka panjang di Inggris, beberapa di antaranya dilaporkan juga mengalami parosmia. Prof Kumar mengatakan kepada Sky News bahwa pasien yang dilaporkan mengalami parosmia tersebut mengalami halusinasi penciuman. "Ini berarti indra penciuman terdistorsi, dan sayangnya, sebagian besar tidak menyenangkan," kata Prof Kumar.

Ia mendeskripsikan gejala parosmia tersebut sebagai virus neurotropik. Virus ini, terangnya, memiliki keterkaitan dengan saraf di kepala dan khususnya saraf yang mengontrol indra penciuman. "Akan tetapi, virus ini mungkin memengaruhi saraf lain juga dan menurut kami itu juga bisa memengaruhi neurotransmiter, yaitu suatu mekanisme saraf yang mengirim pesan ke otak," kata Kumar.

Untuk menelurusi penyebab dan menemukan terapi yang tepat untuk anosmia dan parosmia, Charity AbScent, bersama dengan ENT UK dan British Rhinological Society, mencoba mengumpulkan informasi dari ribuan pasien anosmia dan parosmia dalam mencari pengembangan terapi.

Mereka merekomendasikan siapa pun yang terkena parosmia untuk melatih indra penciumannya dengan cara mengendus minyak mawar, lemon, cengkih, dan kayu putih setiap hari selama 20 detik. Cara itu diyakini efektif dalam mendapatkan kembali indra penciuman secara perlahan.(Medcom.id/H-2)

Baca juga : Berburu Darah Plasma Penyintas Covid-19

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya