Kowani Ingin Kembalikan Makna Hari Ibu

Syarief Oebaidillah
22/12/2020 23:41
Kowani Ingin Kembalikan Makna Hari Ibu
Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo(Kowani)

HARI Ibu yang setiap tahun jatuh pada 22 Desember dijadikan momentum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) untuk mengembalikan makna Hari Ibu sesuai dengan sejarah pergerakan perempuan Indonesia.

"Saat ini banyak yang memaknai Hari Ibu sebagai mother’s day. Padahal Hari Ibu di Indonesia memiliki makna yang berbeda,” kata Ketua Umum Kowani Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo pada keterangan pers Peringatan Hari Ibu ke-92 yang dilaksanakan secara virtual, Selasa (22/12).

Menurut Giwo, masyakarat harus mengetahui sejarah bagaimana perempuan Indonesia yang kemudian berkumpul dalam organisasi Kowani, ikut terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.  Ia mengatakan banyak masyarakat yang memaknai Hari Ibu sebagai hari dimana seorang anak mengucapkan terima kasih kepada ibu, menyampaikan rasa sayang kepada ibu dengan setangkai bunga atau hadiah lain.

"Kasih sayang, hormat dan tentu terimakasih kepada ibu, tidak cukup kita sampaikan dalam sehari," lanjut Giwo.

Menurutnya, Hari Ibu di Indonesia memiliki perjalanan panjang dimulai dari Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 22 Desember 1928 yang melahirkan organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perkumpuan Perempoean Indonesia (PPPI). Perjuangan berlanjut pada diadakannya Kongres Perempoean Indonesia ke II di Jakarta pada 1935 dan Kongres Perempoean Indonesia ke III dilaksanakan di Bandung pada 1938

Pada kongres di Bandung, lahir usulan agar peristiwa besar yang terjadi pada 22 Desember 1928 dijadikan tonggak sejarah bagi kesatuan pergerakan perempuan Indonesia dan dijadikan sebagai Hari Ibu. Usulan tersebut baru dikukuhkan 21 tahun kemudian melalui Keputusan presiden Nomor 316 tahun 1959 yang menetapkan Hari Ibu tanggal 22 Desember sebagai Hari Nasional yang bukan Hari Libur.

"Hari tersebut merupakan pengakuan dan penghargaan atas jasa-jasa perempuan bukan hanya sebagai seorang ibu, tetapi juga jasa perempuan secara menyeluruh, baik sebagai ibu, isteri maupun warga negara, warga masyarakat dan sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai pejuang, dalam merebut, menegakkan dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional,” lanjut Giwo.

Ditambahkannya, pergerakan perempuan Indonesia telah menghasilkan kesempatan yang sama dengan pria sehingga mewujudkan kemitra sejajaran untuk pembangunan bangsa tidak meninggalkan budaya Indonesia. Saat ini, seorang ibu berperan menjadi guru pertama dan utama serta garda utama sebuah keluarga, menjadi kunci ketahanan untuk Indonesia maju melalui perannya dalam keluarga, dan menjadi penentu keberhasilan bangsa.

"Kami ingin implementasi Hari Ibu saat ini adalah perempuan tetap pada peran dan kodratnya terus mendukung mewujudkan pribadi perempuan Indonesia yang maju dan mandiri, berbudi pekerti luhur dalam mengisi kemerdekaan, meningkatkan pendidikan perempuan melalui penguatan aksara budaya tulis, serta dan masih banyak lagi masalah perempuan yang ada di masyarakatm," jelasnya.

Kowani sendiri, dalam rangka perayaan Hari Ibu tahun ini menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Gebyar Kebudayaan Kowani Fair Online yang berlangsung 23 November–23 Desember 2020, menyelengarakan beberapa webinar dengan beberapa topik yang membangkitkan semangat kesatuan dan persatuan bangsa serta menyelenggarakan berbagai Workshop yang membangkitkan semangat cinta dan bangga produk buatan Indonesia. (RO/R-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya