Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Mereka Kepanjangan Tangan Tuhan

Bay/Iin/H-3
19/12/2020 04:20
Mereka Kepanjangan Tangan Tuhan
Relawan dan tim medis memimpin senam pagi pasien orang tanpa gejala (OTG) dan pasien dalam pengawasan (PDP) kategori ringan covid-19.(MI/FRANSISCO CAROLIO HUTAMA GANI)

PENYINTAS covid-19 menjadi salah satu saksi keterlibatan relawan dalam penanganan pandemi covid-19. “Pada intinya, relawan merupakan bagian sisi kemanusiaan yang luar biasa. Mereka berjuang di tengah pandemi membantu masyarakat yang terpapar pandemi covid-19,” kata penyintas covid-19 Akmal kepada Media Indonesia di Jakarta, Selasa (15/12).

Akmal, jurnalis sebuah stasiun radio di Jakarta, terpapar covid-19 pada pertengahan September silam. Setelah mengetahui hasil tes usapnya positif, ia sempat menjalani isolasi mandiri di rumah. Kemudian, ia menjalani isolasi di fasilitas kesehatan (faskes) dengan pengawasan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang, Banten.

Ia mengisahkan, memiliki pengalaman yang berkesan dengan relawan yang bertugas sebagai instruktur senam ketika isolasi tersebut. Setiap pagi, Akmal dan pasien yang memiliki gejala ringan serta tanpa gejala dijadwalkan mengikuti senam.

“Tiap pagi pukul 09.00, dia sudah pakai alat pelindung diri lengkap, siap di atas faskes menunggu peserta senam. Dia kasih aba-aba, memberi semangat pada semua pasien,” ujar Akmal.

“Bayangkan, mengajar senam panas-panas dengan APD lengkap. Ia juga selalu memulai pemanasan dengan mengajak semua bergerak mengikuti lagu senam yang bersemangat,” imbuhnya. Akmal mengaku cukup senang mengikuti senam pagi. Badannya terasa lebih segar dan tidak kaku karena selama di dalam ruang isolasi, ruang geraknya terbatas.

Kiprah Athan yang bersemangat menjadi relawan, ujar Akmal, merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat. Dengan keterbatasan tenaga formal, kehadiran Athan melengkapi kekurangan yang belum terisi, padahal ia menghadapi risiko terpapar covid-19.

Kisah Lisye di Depok berbeda. Pandemi yang melanda membuat pendapatannya sebagai pembuat kue menurun drastis. Sering kali ia harus nombok karena jualannya masih tersisa banyak. Setelah berbulan-bulan keadaan tersebut menyebabkan ia sering kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. “Seadanya saja asal masih bisa makan,” ujar dia.

Di tengah kesulitan yang dihadapi, ia merasa beruntung karena banyak pihak yang memberi bantuan. Di kampungnya, sejumlah relawan sering membagikan berbagai jenis bantuan bagi masyarakat yang membutuhkan. “Kadang ngasih paket sembako, ada juga yang ngasih sayur mentah buat dimasak. Ada juga mahasiswa yang ngasih vitamin satu boks besar, dibagi-bagikan gratis,” ujarnya.

“Orangnya ganti-ganti, bantuannya juga macam-macam. Tapi saya bersyukur karena sangat membantu,” tuturnya. Menurutnya, kehadiran relawan tersebut seperti menjadi kepanjangan tangan Tuhan yang membantu umat-Nya yang sedang kesusahan. “Saya pernah dapat beras pas tidak punya uang sama sekali,” imbuhnya. (Bay/Iin/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya